Reporter: Arvin Nugroho | Editor: Yudho Winarto
Apalagi, BJBR melakukan write-off di akhir tahun 2019 lalu. Imbasnya, Non Performing Loan (NPL) pun ikut turun di level 1,6% dari yang sebelumnya berada di level 1,8% di kuartal III 2019. BJBR juga telah menurunkan deposit rate dari 9% menjadi 6,25 – 6,75%.
Selain itu, dengan adanya penyesuaian IFRS 9 sebesar Rp 651 triliun, BJBR menargetkan cadangan kerugian penilain nilai (CKPN) 2020 berada di level 102% dari sebelumnya yang hanya sebesar 53%. “Kalau tidak ada NPL lagi yang nambah, seharusnya prospeknya bagus,” tambah Ghibran.
Baca Juga: Amankan likuiditas, Bank BJB terbitkan obligasi berkelanjutan Rp 1 triliun
Tahun ini, BJBR menargetkan penyaluran kredit sebesar 10%. Setelah pada 2019, BJBR mampu mencatat penyaluran kredit sebesar 8,7% di Rp 81,8 triliun. Angka itu ditopang dari segmen konsumer yang mampu menyalurkan Rp 56,30 triliun dengan pertumbuhan sebesar 9,2%. Segmen konsumer di tahun 2020 masih akan menjadi tumpuan BJBR.
Mendengar hal itu, Ghibran menilai angka 10% terbilang cukup susah untuk diraih oleh BJBR. Namun, angka 8 – 9% dinilai optimistis untuk dicapai BJBR. Pasalnya, secara keseluruhan indeks loan demand masih cenderung lemah.
Sementara Analis Maybank Kim Eng Rahmi Marina dalam risetnya 13 Februari 2020 memproyeksikan penyaluran kredit BJBR di tahun 2020 sebesar 9% dengan catatan mampu mencatat 50bps untuk CoF.