kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

The Fed Diekspektasikan Tak Lagi Agresif, Begini Prospek Reksadana Pendapatan Tetap


Rabu, 03 Agustus 2022 / 19:00 WIB
The Fed Diekspektasikan Tak Lagi Agresif, Begini Prospek Reksadana Pendapatan Tetap
ILUSTRASI. Prospek kinerja reksadana pendapatan tetap diyakini berpotensi membaik pada sisa tahun ini.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah berada dalam tekanan, prospek kinerja reksadana pendapatan tetap diyakini berpotensi membaik pada sisa tahun ini. Salah satu faktornya adalah meredanya kekhawatiran di pasar global.

Hal tersebut sejalan dengan ekspektasi bahwa The Fed tidak akan lagi agresif pada sisa tahun ini. Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menilai hal tersebut berdampak positif terhadap pasar obligasi dan pada akhirnya bisa mengangkat kinerja reksadana pendapatan tetap. 

Yield SUN dalam sebulan ini sudah mulai mengalami rebound dan terbuka peluang yield SUN acuan 10 tahun akan kembali bergerak di bawah 7%,” ujar Rudiyanto kepada Kontan.co.id, Rabu (3/8).

Baca Juga: AGRO, MTEL, dan BRIS Masuk Indeks BUMN20, Simak Rekomendasi Sahamnya

Fund Manager Surya Timur Alam Raya Asset Management (STAR AM) Victor Pratama Chandra menambahkan, tidak agresifnya The Fed memang menjadi kabar positif untuk pasar. Hanya saja, perlu dicermati juga bahwa saat ini kondisi pasar tengah berada dalam tren kenaikan inflasi yang bisa berdampak ke kenaikan tingkat suku bunga. 

Oleh karena itu, perlu diperhatikan seberapa cepat kenaikan tingkat inflasi ke depannya. Jika sesuai ekspektasi pasar tentunya iklim investasi terutama di reksadana pendapatan tetap akan menjadi positif. Ditambah lagi, potensi yield akan terus mengalami penurunan sehingga harga NAV reksadana pendapatan tetap yang mayoritas alokasinya di obligasi pemerintah akan mengalami kenaikan.

Ke depan, Victor melihat perkembangan pasar masih akan volatile dikarenakan cukup besarnya efek sentimen eksternal walaupun kondisi makroekonomi Indonesia sebenarnya solid dan terlihat siap menghadapi isu resesi yang mungkin akan terjadi. Tapi, inflasi domestik juga harus diperhatikan karena diperkirakan headline inflation akan di atas target upper inflation sampai akhir tahun ini. 

Baca Juga: Ini yang Membuat Indonesia Jadi Negara Menarik di Mata Investor

Menurut Victor, kondisi ini akan memperlihatkan reaksi Bank Indonesia dengan menaikkan tingkat suku bunga. Apakah kenaikan suku bunga oleh Bank Indonesia akan sesuai dengan ekspektasi pasar atau tidak. 

“Jika semua sesuai dengan ekspektasi pasar dan didukung kondisi makroekonomi yang kuat dan tanpa adanya efek eksternal yang dominan, kami optimistis yield SUN 10 tahun akan di bawah 7% di akhir tahun ini,” imbuh Victor. 

Dengan masih adanya ketidakpastian tersebut, Victor menyarankan investor untuk memusatkan alokasinya sementara di obligasi korporasi paling tidak sampai akhir tahun depan sebagai core alokasinya di efek pendapatan tetap. Untuk tactical alokasi, bisa menempatkan sedikit porsi di obligasi pemerintah jika yield 10 tahun obligasi pemerintah menyentuh kembali 7.5%.

Baca Juga: Ini Kata Pengamat Pasar Modal Terkait Aturan Buyback Perusahaan Delisting

Sementara Rudiyanto ke depan meyakini sentimen penggerak pasar obligasi domestik adalah perkembangan mengenai kondisi ekonomi Amerika Serikat. Apakah terjadi resesi dan seberapa besar angkanya. Selain itu, jika kebijakan kenaikan suku bunga AS melandai atau bahkan turun, maka bisa semakin mendongkrak kinerja reksadana pendapatan tetap. 

Di tengah situasi saat ini, Rudiyanto bilang pihaknya aktif mengombinasikan antara obligasi korporasi dan obligasi negara guna memaksimalkan kinerja reksadana pendapatan tetap Panin AM. Ia mengatakan, untuk produk yang kebijakan bisa masuk ke obligasi korporasi, maka porsi obligasi korporasi akan dimaksimalkan.

“Jika produknya lebih fokus ke obligasi negara atau bahkan 100% berisikan obligasi negara, maka aktif mengatur durasi akan jadi strategi yang dipakai. Di tengah situasi saat ini durasi pendek-menengah jadi pilihan utama,” ujar Rudiyanto. 

Baca Juga: Rebound IHSG Berlanjut, Cuan Reksadana Saham Makin Tebal

Sama halnya, Victor mengungkapkan strategi terhadap salah satu produk reksadana pendapatan tetap unggulan STAM AM yakni, STAR Fixed Income II adalah dengan memperbesar alokasi obligasi korporasi. Ia bilang, alokasi obligasi korporasinya akan sebesar 80-90% dengan rata-rata durasi sekitar 3 tahun dan mempunyai rating A & AA. 

Menurutnya, durasi pendek dipilih karena bisa menjaga volatilitas dari risiko pasar obligasi korporasi. Sebagai tambahan, pihaknya juga menjaga likuiditas di instrumen pasar uang sebesar 10%-20% untuk keperluan redemption nasabah.

“Kami menargetkan proyeksi return STAR Fixed Income II  minimal BI rate +200 bps tiap tahunnya. Seiring dengan adanya potensi kenaikan suku bunga, proyeksi return tahun depan tentunya akan lebih besar dibanding tahun ini,” terang Victor

Sementara Rudiyanto mengekspektasikan return reksadana pendapatan tetap pada akhir tahun bisa mencapai 3%-6%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×