kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

AGRO, MTEL, dan BRIS Masuk Indeks BUMN20, Simak Rekomendasi Sahamnya


Rabu, 03 Agustus 2022 / 17:21 WIB
AGRO, MTEL, dan BRIS Masuk Indeks BUMN20, Simak Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Investor mengamati pergerakan saham melalui aplikasi di Jakarta, Senin (29/11). /pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/29/11/2021.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mengocok ulang penghuni indeks BUMN 20, saham-saham yang keluar dari indeks ini ada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM), PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR).

Sedangkan tiga saham baru yang masuk jajaran saham indeks BUMN 20 meliputi PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL). IDX BUMN 20 dipilih dari saham BUMN berdasarkan nilai transaksi dan market cap terbesar.

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandu Dewanto mencermati, kinerja saham-saham yang baru bergabung dalam indeks BUMN 20 ini memang lebih baik.

Ada beberapa fund manager baik reksadana maupun ETF yang menggunakan indeks BUMN 20 sebagai acuan pemilihan portofolio. Pandhu menjelaskan perombakan ini dapat berpengaruh pada harga saham-saham terkait karena fund manajer akan melakukan rebalancing untuk menyesuaikan isi portofolio.

Baca Juga: Didorong Rencana Ekspansi Ekspor, Saham Sido Muncul (SIDO) Dinilai Masih Prospektif

"Saham yang masuk akan memperoleh alokasi baru, sedangkan yang keluar akan mengalami tekanan jual dari para fund manajer tersebut. Namun perkiraan kami tidak akan terlalu besar pengaruhnya," ujar Pandhu pada Kontan, Rabu (3/8).

Mengenai prospek dari saham yang baru masuk, ia melihat saham BRIS cukup stabil, meskipun cenderung agak lambat jika dilihat dari pendapatan yang hanya naik 3% sepanjang kuartal pertama lalu, namun labanya berhasil tumbuh 33%.

Menurut Pandhu, jika dibandingkan dengan performa saham bank lain, terutama bank big caps BUMN maka realisasi kinerja tersebut masih cukup jauh dari harapan. Ia melanjutkan hasil merger bank syariah belum optimal dalam mendongkrak pendapatan. Untuk itu, ia memberikan outlook cenderung netral untuk BRIS.

Selanjutnya untuk AGRO, sekarang ini emiten tersebut masih berada dalam fase transformasi bisnis, setelah tahun lalu melakukan pembersihan asset yang menimbulkan kerugian mencapai lebih dari Rp 3 triliun. Kemudian kuartal pertama 2022 lalu sudah berhasil membalikkan posisi rugi, namun secara nilai pendapatan dan labanya masih sangat kecil.

Oleh karena itu, katanya, masih butuh waktu untuk membuktikan kinerja pasca transformasi bisnis menjadi bank digital yang profitable.

Pandhu menilai MTEL menjadi yang terbaik jika dilihat secara pertumbuhan kinerja, dimana pendapatan naik sekitar 15% dan laba naik 27% sepanjang semester pertama 2022 ini. MTEL masih menyimpan dana hasil IPO yang cukup besar, salah satu rencananya akan digunakan untuk akuisisi 6.000 menara milik Telkomsel, hal ini membuat MTEL menjadi mengukuhkan posisi menjadi pemilik jaringan menara telekomunikasi terbanyak di Indonesia.

Dengan begitu, sambungnya, jangkauan MTEL menjadi yang paling luas, terutama di luar jawa yang didominasi oleh mereka. Sebagai market leader dan didukung ekosistem BUMN yang kuat, ia memandang prospek MTEL untuk jangka panjang relatif lebih menarik dibanding industri.

Baca Juga: Cuan Dari Allo Bank (BBHI), Intip Rekomendasi Saham Bukalapak.com (BUKA)

"Tinggal bagaimana caranya supaya profitabilitas MTEL dapat ditingkatkan dengan menarik lebih banyak tenant di bawah jaringan menaranya," kata Pandu.

Sementara untuk saham-saham yang terdepak, seperti BJTM memiliki kinerja yang masih stagnan, tumbuh tipis dibanding tahun lalu serta belum ada katalis untuk saat ini. Kata Pandhu, biasanya baru akan menarik jika mendekati musim pembagian dividen karena biasanya memiliki yield yang besar.

KAEF pada tahun ini juga mengalami penurunan kinerja terkait masa pandemi yang telah lewat. Pandhu menuturkan masih perlu banyak perbaikan baik dari sisi pendapatan maupun labanya. Terakhir ada SMBR, meskipun kinerjanya berhasil bertumbuh, namun labanya masih tipis dan secara sektoral juga masih cukup lesu.

Sehingga, Pandhu menilai saham ini belum begitu menarik bagi investor.

Dari 6 saham tersebut, Pandhu menjagokan saham MTEL. Ia menargetkan dalam 12 bulan ke depan harga sahamnya dapat mencapai Rp 850.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×