Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sikap dovish The Fed dapat mendorong imbal hasil reksadana obligasi dan reksadana saham. Lingkungan suku bunga rendah akan bertranslasi pada meningkatnya performa aset reksadana.
Seperti diketahui, the Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan dalam kisaran 4,25%-4,5% pada FOMC, Rabu (19/3). Bank sentral Amerika Serikat (AS) itu mengindikasikan potensi dua kali pemangkasan suku bunga hingga akhir 2025.
Bank Indonesia (BI) selaras dengan langkah the Fed yang mempertahankan suku bunga di pertemuan 18-19 Maret 2025. Suku bunga BI bertahan di level 5,75%.
Keputusan bank sentral itu disambut positif oleh pasar. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik menguat alias rebound 1,4% pada Rabu (19/3), setelah sebelumnya turun hampir 4%. Namun di pasar surat utang terpantau masih melemah tipis dengan Indonesia Composite Bond Index (ICBI) turun 0,11% ke level 400,22.
Direktur Panin Asset Management (Panin AM) Rudiyanto menilai, reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi negara secara langsung akan terdampak positif adanya pemangkasan suku bunga. Secara tidak langsung, reksadana saham mungkin juga menguat seiring pelonggaran kebijakan moneter.
Baca Juga: Bitcoin Bertahan di Atas US$ 80.000 Pasca Keputusan Suku Bunga The Fed
Reksadana pendapatan tetap, khususnya yang berinvestasi di obligasi jangka panjang, biasanya mendapat keuntungan dari penurunan suku bunga. Sebab, harga obligasi cenderung naik saat suku bunga acuan dipangkas.
Sementara itu, reksadana saham dapat didukung ekonomi yang lebih baik saat suku bunga dilonggarkan. Lingkungan suku bunga rendah dapat memacu perekonomian dan akhirnya bisa menjadi sentimen positif untuk kinerja emiten.
Namun demikian, Rudiyanto berujar, faktor suku bunga bukan satu-satunya yang menggerakkan imbal hasil reksadana saham. Kinerja solid emiten yang merupakan aset dasar (underlying asset) berpengaruh pada reksadana saham.
Apabila laba bersih meningkat, maka penurunan harga saham akan membuat valuasi semakin murah. Peningkatan laba bersih juga memberikan keberanian bagi investor untuk berani masuk ketika harganya turun.
‘’Pemilihan reksadana perlu disesuaikan dengan profil risiko masing-masing investor,’’ kata Rudiyanto kepada Kontan.co.id, Minggu (23/3).
Berdasarkan data Infovesta per 28 Februari 2025, indeks reksadana pendapatan tetap memimpin pertumbuhan dengan imbal hasil naik 1,33% year to date (ytd). Disusul reksadana pasar uang dengan pertumbuhan indeks sebesar 0,85% ytd.
Sementara itu, indeks reksadana saham dan reksadana campuran terpantau anjlok. Imbal hasil masing-masing kelas aset ini minus sebesar 9,72% ytd dan 4,48% ytd.
Baca Juga: Harga Emas Masih Berpotensi Naik, Didorong Konflik Global dan Sinyal The Fed
Selanjutnya: Rejeki Nomplok! Yield Dividen Saham Blue Chip Melebihi Bunga Deposito
Menarik Dibaca: Robert Kiyosaki Sebut Orang Pintar Menyimpan 3 Aset Ini, Penabung adalah Pecundang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News