Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah terus menguat terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Para analis memproyeksikan, rupiah berpotensi menembus level bawah Rp 14.000 per dollar AS karena The Fed masih akan mempertahankan tingkat suku bunga yang rendah.
Jumat (27/11), rupiah ditutup menguat 0,07% ke Rp 14.090 per dollar AS. Dihitung secara month to date rupiah menguat 3,66%.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo memperkirakan, rupiah berpotensi menguat ke bawah Rp 14.000 per dollar AS di akhir tahun ini. Sentimen utama pendorong penguatan rupiah adalah dollar AS yang tidak lagi memiliki bensin untuk menguat.
Sutopo mengamati, dollar AS perlahan bergerak ke posisi terendah di tahun ini. Ia melihat, investor kini mulai kembali mengalokasikan portofolio di luar dollar AS seiring pemulihan perdagangan global.
Baca Juga: Rupiah menguat 0,56% dalam sepekan, disokong optimisme pasar tentang vaksin corona
Salah satu bagian penting dari perkasanya rupiah adalah The Fed masih akan mempertahankan suku bunga rendah hingga batas waktu yang belum ditentukan. "Minggu ini Ketua The Fed memiliki beberapa pernyataan dan juga akan tampil di hadapan senat, mungkin masih akan membicarakan hal yang sama," kata Sutopo, Minggu (29/11).
Sentimen lain yang perlu investor perhatikan adalah perkembangan gelombang infeksi Covid-19. Sutopo mengatakan kemungkinan pukulan ekonomi di kuartal IV 2020 dan gangguan lockdown masih membuat bank sentral dan otoritas fiskal dalam keadaan krisis.
Namun berita positif terkait vaksin di satu sisi membuat investor melihat harapan pemulihan ekonomi ke depan. Selain itu, tenggat waktu terbaru Brexit harusnya sudah final di Selasa depan. Begitu pun kelompok OPEC+ juga akan memutuskan perpanjangan pembatasan kuota.
Sutopo mengatakan, investor juga perlu memperhatikan data non farm payroll (NFP) AS yang akan rilis pekan depan. "Semua tertuju pada NFP karena The Fed membiarkan pasar meraba-raba," kata Sutopo.
Konsensus memproyeksikan NFP AS naik 520.000 di November atau turun dari 638.000 di periode sebelumnya. Kata Sutopo, kenaikan yang lebih kecil berarti tingkat pengangguran AS diperkirakan akan turun hanya 0,1 poin menjadi 6,8%.
Jika pembacaan tenaga kerja AS dan penganggurna jauh lebih buruk dari yang diperkirakan, maka data tersebut bisa menjadi ukuran terhadap angka atau jumlah pelonggaran yang The Fed tentukan di Desember.
"Dollar AS dengan cepat mendekati level terendah tiga bulan terhadap sekeranjang mata uang dan kerugian tersebut dapat meningkat jika data menunjukkan pelonggaran kebijakan moneter dalam waktu dekat ini," kata Sutopo.
Alhasil, tinggal menunggu waktu saja rupiah akan jebol ke bawah Rp 14.000 per dollar AS. Sutopo memperkifrakan, rentang pergerakan rupiah di bulan Desember 2020 berkisar di Rp 13.800 per dollar AS-Rp 14.500 per dollar AS. Sementara, proyeksi rupiah di akhir tahun berada di kisaran Rp 14.150 per dollar AS hingga Rp 14.200 per dollar AS.
Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono juga memproyeksikan, rupiah berpotensi lanjut menguat. Namun, menurut Wahyu, rupiah kehilangan momentum untuk menguat ke bawah Rp 14.000 per dollar AS karena beberapa waktu lalu Bank Indonesia, kembali memangkas suku bunga.
"Faktor utama tetap pekemahan dollar AS membuka peluang rupiah tembus ke bawah Rp 14.000 per dollar AS di Desember," kata Wahyu. Jika rupiah jebol ke bawah Rp 14.000 per dollar AS, maka rupiah akan kencang untuk menguat lagi.
Secara teknikal, Wahyu mengamati level Rp 14.036 adalah support kuat bulanan. Jika level tersebut terjebol maka tidak ada support kecuali ke Rp 13.000 per dollar AS. "Perubahan rentang akan terjadi jika tembus Rp 14.000 di rentang Rp 12.000 per dollar AS-Rp 14.000 per dollar AS dalam jangka menengah," kata Wahyu.
Sementara, rentang pergerakan akhir tahun dari Wahyu rupiah berada di Rp 13.700 per dollar AS-Rp 14.300 per dollar AS.
Selanjutnya: Berikut proyeksi pergerakan rupiah pada perdagangan Senin (30/11)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News