Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mulai menunjukkan pemulihan kinerja secara fundamental. Namun perbaikan ini, tak serta merta mendorong sahamnya melompat.
Hingga akhir perdagangan Kamis (26/1), GIAA parkir di level Rp 106 per saham atau naik 1 poin dari hari sebelumnya. Sepanjang tahun berjalan ini, GIAA sudah anjlok 48,04%.
Jika menilik kinerja perseroan, per 30 September 2022, GIAA mampu mencatatkan pendapatan usaha sejumlah US$ 1,5 miliar. Nilai ini naik 60,34% secara tahunan atau year on year (YoY) dari US$ 939,02 juta.
Baca Juga: Manuver Garuda Indonesia (GIAA) untuk Kembali Bersinar di 2023
Dari sisi bottom line, Garuda Indonesia berhasil membalikkan rugi sebesar US$ 1,66 miliar sepanjang sembilan bulan di 2021, menjadi laba sejumlah US$ 3,96 miliar.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mencermati perbaikan kinerja Garuda Indonesia ini didorong oleh pendapatan lain-lain atas restrukturisasi.
Memang kalau dicermati kenaikan laba periode berjalan GIAA ini ditopang oleh pendapatan usaha lainnya yang mencapai US$ 4,27 miliar. Sedangkan beban usaha perseroan mencapai US$ 1,85 miliar.
"Tapi dari sisi laba operasional masih rugi. Jadi fundamental perusahaan saat ini masih kurang solid karena sebenarnya masih mencatat rugi usaha," jelas Arjun kepada Kontan belum lama ini.
Baca Juga: Revisi Aturan DHE Belum Cukup Dongkrak Cadangan Devisa, Begini Kata Ekonom
Dia bilang dengan penyusutan beban perusahaan akan menjadi katalis positif bagi GIAA di masa mendatang. Apalagi dengan penghapusan PPKM diharapkan permintaan penerbangan akan naik.
"Jadi saham GIAA ini akan lebih prospektif di masa depan, investor perlu mencermati kebijakan strategis yang dilakukan manajemen Garuda," tandasnya.
Kalau manajemen Garuda Indonesia berhasil menekan rugi usaha ke depannya, maka tidak menutup kemungkinan saham pelat merah ini kembali dilirik oleh investor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News