kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Terseret perang dagang, harga gas alam lesu pada penutupan pasar spot hari ini


Senin, 18 Maret 2019 / 16:44 WIB
Terseret perang dagang, harga gas alam lesu pada penutupan pasar spot hari ini


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga gas alam dinilai berkesempatan memiliki momentum bangkit pada saat kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China terjalin pada April mendatang.

Mengutip data dari Bloomberg, pada penutupan pasar spot Senin (18/3) pukul 16:00 WIB, harga gas alam terpantau melanjutkan penurunannya sebesar 0,07% di level US$ 2,79 per mmbtu. Sebelumnya harga gas alam terpantau berada di level US$ 2,80 per mmbtu.

Analis Asia Tradepoint Futures, Cahyo Dewanto menjelaskan masih tingginya biaya tarif impor gas alam dari AS ke China memang menjadi penyebab menurunnya permintaan gas alam yang berakibat terus melesunya harga gas alam.

"Sampai saat ini, China memang belum mengubah biaya impor sebesar 10% kepada AS, jelas permintaan terbatas karena harga tinggi," jelasnya pada Kontan, Senin (18/3).

Penurunan harga gas alam, lanjut Cahyo, memang lekat dengan perkembangan perundingan perang dagang. Jika kesepakatan terjalin antara Presiden AS, Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping, hal ini akan membantu menaikan kembali permintaan gas alam.

"China termasuk konsumen gas alam terbesar di dunia. Jika kesepakatan pembatasan tarif impor, hilang atau diturunkan pada perundingan April nanti, tentu akan berpengaruh pada permintaan gas alam," tambahnya.

Selain itu, Cahyo berpendapat jika faktor musim juga menjadi penyebab turunnya permintaan gas alam. Memasuki musim yang lebih hangat, kebutuhan gas alam tidak setinggi saat musim dingin atau gugur.

Cahyo menambahkan, data dari Energy Information Administration (EIA),menyebut produksi gas alam saat ini tidak sejalan dengan permintaan. Produksi gas alam meningkat dari 97,14 billion cubic feet (bcf) ke level 97,59 bcf di tengah melesunya permintaan.

Namun EIA meramal jika kebutuhan gas alam tahun 2019 akan meningkat sampai 7,4 bcf dari tahun sebelumnya.

Persediaan gas alam juga diperkirakan akan mencapai 3,6 Tcf pada akhir Oktober 2019. Angka tersebut 12% lebih tinggi dari level Oktober 2018 dan 2% di bawah rata-rata lima tahun.

Dengan demikian, walau memiliki potensi dan harapan pada pertemuan dagang antara AS dan China di April mendatang, harga gas alam masih sangat rentan terkoreksi dalam jangka menengah.

Secara teknikal, pergerakan harga gas alam berada di bawah MA 50,100, dan 200 yang mengindikasikan sell. Begitu pula dengan RSI di area 14 yang juga mengindikasikan sell. Stochastik berada di 9,6 sementara MACD berada di 12,26. Cahyo merekomendasikan sell.

Sementara pergerakan harga untuk besok diramal berada di rentang US$ 2,650.per mmbtu - US$ 2,800 per mmbtu. Sementara dalam sepekan, harga gas alam berada di kisaran US$ 2,500 per mmbtu - US$ 2,900 per mmbtu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×