Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham sektor barang konsumsi, utamanya konsumsi primer diproyeksi membukukan kinerja ciamik pada tahun 2025 ini. Salah satu pendorongnya adalah potensi peningkatan daya beli.
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Natalia Sutanto mengatakan, beberapa katalis yang dapat meningkatkan daya beli seperti kenaikan upah minimum 6,5%.
Angka itu naik dari rata-rata kenaikan periode tahun 2020-2024 sebesar 4,5%. Selain itu, program makan bergizi gratis juga secara langsung bermanfaat bagi UMKM, bersamaan dengan perpanjangan insentif tarif Pajak Penghasilan (PPh) final 0,5% bagi UMKM.
"Sehingga meningkatkan daya beli kalangan masyarakat menengah ke bawah," tulis Natalia dalam laporannya, 18 Desember 2024.
Baca Juga: IHSG Diselimuti Banyak Sentimen Positif, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
Dengan beberapa katalis tersebut, Natalia memperkirakan, sektor barang konsumsi primer akan mencapai pertumbuhan pendapatan pada 2025 sebesar 6,8% year on year (yoy). Angka pertumbuhan ini didorong kenaikan volume 4,5%, dibandingkan dengan 3,8% yoy pada 2024.
Dia juga memperkirakan, akan ada penyesuaian harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) yang lebih tinggi 1,7% atau naik dari 0,5% yoy pada 2024 Hal ini disebabkan peningkatan biaya input untuk sejumlah komoditas utama.
Natalia optimistis kenaikan harga jual ini masih dapat diterima dan diteruskan ke konsumen.
"Kami memperkirakan sektor ini akan mempertahankan margin dan mencapai pertumbuhan laba inti 2025 sebesar 9,3% yoy," terang Natalia.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo menilai, sektor barang konsumsi primer masih punya prospek pertumbuhan positif pada 2025.
Baca Juga: Window Dressing Tak Terjadi, Cermati Potensi January Effect dan Saham Jagoan Analis
"Rencana program B40 turut menjadi katalis pendukung pertumbuhan sektor ini," katanya.
Rekomendasi Saham
Meski demikian, analis Maybank Sekuritas Indonesia Willy Goutama menilai kenaikan upah minimum tak banyak mendorong daya beli masyarakat. Ini karena kenaikan upah minimum hanya sekitar 3,8% setelah memperhitungkan inflasi.
Selain itu, banyak pekerja yang tidak mendapatkan gaji sesuai undang-undang dan mereka tidak akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan upah minimum. "Kenaikan upah tidak sepenuhnya mencerminkan kinerja pertumbuhan PDB di banyak provinsi," paparnya.
Willy mengkhawatirkan tiga aspek dari pasar tenaga kerja, yakni banyaknya pekerja informal, rendahnya penegakan upah minimum, dan penurunan usia produktif pekerja di daerah perkotaan.
Baca Juga: Saham-Saham Ini Paling Banyak Dijual Asing dalam Perdagangan Sepekan Terakhir
Dengan kondisi itu, Maybank Sekuritas Indonesia menjagokan emiten-emiten yang memiliki inisiatif yang kuat untuk mengembangkan bisnis mereka dan melawan para pesaing, serta punya kepemimpinan pasar yang jelas.
Willy merekomendasikan beli saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR).
Aziz juga masih menjagokan ICBP dengan target harga Rp 14.900. Sedang Natalia merekomendasikan saham ICBP dan MYOR, dengan target harga masing-masing Rp 14.000 dan Rp 3.050.
Natalia menerangkan, dengan tidak adanya kenaikan ASP di 2024 dan harga crude palm oil (CPO) yang lebih tinggi mulai Februari, ICBP akan menyesuaikan harga jualnya pada tahun ini.
Baca Juga: Cermati Saham-Saham yang Banyak Dikoleksi Asing Selama Sepekan
Sedangkan untuk MYOR, Nayalia meyakini volume penjualan yang solid akan mengimbangi fluktuasi margin akibat biaya input yang lebih tinggi. Terlebih, MYOR punya kontribusi besar dari pasar ekspor.
Selanjutnya: Polisi Korea Selatan Diminta Laksanakan Surat Perintah Penangkapan Presiden Yoon
Menarik Dibaca: Catat Jadwal Tayang 5 Serial dan Film Terbaru Netflix Minggu Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News