Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Sedangkan volume penjualan bijih nikel ke pasar domestik pada semester I-2021 mencapai 3,66 juta wmt, tumbuh lebih dari 21 kali lipat dibandingkan capaian penjualan pada di periode yang sama tahun lalu yang hanya 168.000 wmt.
Penjualan bijih nikel menghasilkan pendapatan Rp 2,04 triliun, melesat 2.290,6% dari penjualan bijih nikel di periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 85,45 miliar. Sementara pendapatan dari segmen feronikel mencapai Rp 2,59 triliun, naik 28,07% secara tahunan.
Sementara itu, harga emas yang menjadi salah satu komoditas andalan Aneka Tambang diproyeksi tidak akan semengkilap tahun lalu. Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Setya Ardiastama memproyeksikan harga emas akan berada di rentang US$ 1.590 per ons troi-US$ 1.830 per ons troi tahun ini.
Okie bilang, rencana bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve, yang akan melakukan kebijakan tapering off tahun ini dapat mempengaruhi pergerakan dari harga emas. Kebijakan taper dinilai dapat memberikan tekanan pada turunnya harga emas, namun Okie melihat penurunan tersebut sifatnya lebih terbatas.
Baca Juga: Semester I-2021, penjualan emas Aneka Tambang (ANTM) tumbuh 69%
”Hal ini mengacu pada ketidakpastian dari pandemi yang berpotensi masih menyelimuti hingga akhir tahun dan memicu kenaikan dari harga komoditas,” terang Okie. Pergerakan harga emas tentu dapat mempengaruhi kinerja emiten, namun diversifikasi produk dari emiten dinilai dapat menopang kinerja .
Senada, Fauzan menilai harga emas tidak akan sebagus tahun lalu, seiring dengan mencuatnya isu tapering dan penguatan nilai tukar dolar AS. Akan tetapi, dalam jangka panjang, harga emas seharusnya cukup stabil. Terkoreksinya pendapatan dari segmen emas bisa di-cover oleh kontribusi penjualan nikel domestik.
Jika dibandingkan dengan pemain sejenis, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menghasilkan margin operasional yang lebih bagus dari ANTM. Fauzan menyebut, sebagai pemain nikel murni, margin EBIT yang dihasilkan INCO bisa di kisaran 15%, sedangkan ANTM di kisaran 6%.
Margin ini merupakan blended margin yang merupakan kombinasi dari semua operasional milik ANTM, mulai dari nikel, bauksit, hingga emas. Lebih rendahnya margin yang dihasilkan ANTM karena fixed cost segmen emas milik ANTM yang memang cukup besar.
Okie memberi rekomendasi beli saham ANTM dengan target harga Rp 2.650. Selasa (28/9), harga saham ANTM turun 0,87% ke Rp 2.270 per saham.
Baca Juga: Aneka Tambang (ANTM) cetak laba bersih Rp 1,16 triliun di semester I-2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News