Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
Sebanyak Rp 161,30 miliar 66,59% dari total pendapatan SMRU merupakan pendapatan dari PT Berau Coal Energy, sementara sisanya Rp 80,92 miliar atau 33,41% merupakan pendapatan dari PT Gunung Bara Utama. Arief menambahkan, sepanjang tahun berjalan ini, SMRU belum berhasil menggaet kontrak baru.
Untuk menangani dampak Covid-19, SMRU menyiapkan sejumlah strategi, salah satunya dengan melakukan efisiensi berupa pengurangan jumlah pekerja dan tidak menggelontorkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sejak Juni 2020. SMRU juga memaksimalkan availability per manpower dan mengupayakan efisiensi dalam biaya operasional (opex).
Baca Juga: Masih ada potensi cuan! Cek jadwal cum dividen 18 saham di awal September
Untuk diketahui, SMRU merupakan salah satu emiten yang terancam delisting dari Bursa Efek Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah saham SMRU telah disuspensi selama 6 bulan dan masa suspensi akan mencapai 24 bulan pada 23 Januari 2022 mendatang.
Saat ini, saham SMRU mandek di level gocap (Rp 50). Adapun PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM) merupakan pemegang saham mayoritas dengan mengempit 6,53 miliar lembar saham SMRU atau setara 52,30%. Kepemilikan publik di saham SMRU sebesar 39,59% atau 4,94 miliar lembar saham. Sementara sisanya yakni 1,01 miliar lembar saham (8,11%) dikempit oleh PT ASABRI (Persero).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News