kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.777   18,00   0,11%
  • IDX 7.487   7,88   0,11%
  • KOMPAS100 1.159   4,22   0,37%
  • LQ45 919   5,86   0,64%
  • ISSI 226   -0,48   -0,21%
  • IDX30 474   3,57   0,76%
  • IDXHIDIV20 571   3,72   0,66%
  • IDX80 132   0,67   0,51%
  • IDXV30 140   1,16   0,83%
  • IDXQ30 158   0,67   0,43%

Terkoreksi Usai Melaju, Intip Saham Sektor Barang Baku yang Masih Layak Diburu


Selasa, 08 November 2022 / 19:38 WIB
Terkoreksi Usai Melaju, Intip Saham Sektor Barang Baku yang Masih Layak Diburu
ILUSTRASI. Rekomedasi saham pada indeks sektor barang baku


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks sektor barang baku yang tercermin dalam IDX basic materials terkoreksi usai melaju paling kencang dalam sepekan terakhir. Pada perdagangan Selasa (8/11), indeks sektor barang baku merosot paling dalam yakni 1,62% ke area 1.256,46.

Pada pekan lalu, indeks saham barang baku memimpin kenaikan sektoral dengan penguatan 4,31% . Di awal pekan ini (7/11) pun sektor barang baku masih mampu naik paling tinggi sebanyak 1,24%.

Technical Analyst Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova melihat gerak turun indeks barang baku hari ini masih terbilang wajar. Setelah menyelesaikan masa koreksinya, Ivan memperkirakan penguatan indeks barang baku bisa kembali melaju hingga mendekati area 1.400.

"(Koreksi) masih wajar. Perlu juga diketahui skenario koreksi sebentar sebelum kembali naik. Perkiraan masih di atas 1.200 untuk indeks-nya, dan kalau bertahan ada peluang besar melanjutkan reli," kata Ivan kepada Kontan.co.id, Selasa (8/11).

Menurut Ivan, penguatan harga saham di sektor ini tak lepas dari kinerja positif yang dibukukan oleh sebagian emitennya sepanjang periode kuartal III-2022. Contohnya, PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA).

Pendapatan emiten yang bergerak di bidang energi dan kimia tersebut melesat hingga 131,6% secara tahunan (YoY). Sedangkan laba bersihnya meroket 1.183,9%. Saham ESSA pun telah menguat 107,55% sejak awal tahun.

Baca Juga: Sejumlah Emiten LQ45 Catat Penurunan Laba Bersih Secara Kuartalan, Ini Kata Analis

Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro menambahkan, sektor barang baku bisa dikategorikan sebagai saham yang defensif. Menimbang ragam bidang usahanya, pada umumnya bisnis emiten di sektor ini tetap dibutuhkan meski saat inflasi tinggi dan bayang-bayang resesi ekonomi.

Menurut Nico, prospek saham sektor barang baku akan cerah, sejalan dengan peningkatan anggaran infrastruktur pemerintah pada tahun 2023 dan proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN). Program tersebut membutuhkan kontribusi dari emiten sektor barang baku, seperti produksi semen.

CEO Edvisor.id Praska Putrantyo punya pandangan serupa. Prospek emiten sektor barang baku akan sejalan dengan tren aktivitas ekonomi dan industri pasca pandemi covid-19. Hal ini terefleksikan dari naiknya indeks manufaktur PMI baik di dalam maupun luar negeri yang berada di atas 50 hingga periode kuartal III-2022.

Meski begitu, Praska mengingatkan persepsi investor terhadap efek penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang menimbulkan gejolak nilai tukar bisa menjadi sandungan bagi sebagian emiten di sektor ini. Terlebih di tengah kenaikan suku bunga acuan secara global yang bisa berdampak pada pertumbuhan industri.

"Meskipun penguatan dolar AS berdampak positif pada emiten yang berorientasi ekspor, namun perlambatan ekonomi diperkirakan memberikan dampak pada kinerja emiten ke depan," ujar Praska.

 

Rekomendasi Saham

Menimbang tantangan dan prospek ke depan, Praska punya tiga kategori saham jagoan di sektor barang baku. Pertama, pada bidang tambang logam, Praska menyarankan beli saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

Kedua, pada industri kertas, Praska menyarankan buy on weakness saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM). Ketiga, pada bidang usaha terkait pengolahan migas, Praska merekomendasikan beli saham ESSA.

Sementara itu, untuk investasi jangka panjang, Nico mengajukan beberapa kriteria. Investor disarankan mengoleksi emiten yang punya diversifikasi lini usaha, berkapitalisasi pasar besar, dan valuasinya masih murah.

Saham-saham yang masuk dalam kriteria tersebut antara lain ANTM, INKP, PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA).

Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Rabu (9/11)

Sedangkan untuk jangka pendek, bisa melirik saham INKP, SMGR dan INTP yang sedang masuk area overbought. Sehingga disarankan untuk hold atau buy on weakness jika turun menyentuh area support.

Dalam hitungan Nico, support INKP berada di area Rp 9.700 dan resistance pada Rp 10.300. Kemudian support SMGR berada di posisi Rp 7.875 dan resistance Rp 8.250. Lalu Rp 10.100 sebagai area support INTP dan resistance pada Rp 10.950.

Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat indeks sektor barang baku berpotensi menguat hingga menguji area 1.330 - 1.370. Meski ke depannya terjadi beberapa koreksi wajar seperti hari ini.

Herditya memberikan rekomendasi beli untuk saham ANTM, ASSA, dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Support ANTM ada di posisi Rp 1.805 dan resistance pada Rp 2.080.

Selanjutnya, support ESSA berada di harga Rp 1.070 dan resistance pada Rp 1.170. Untuk BRMS, support berada di posisi Rp 166 dan resistance pada harga Rp 193.

Sedangkan Ivan menjagokan saham BRMS dengan target harga Rp 197, TKIM target harga Rp 8.800, ESSA target harga Rp 1.410, dan Rp 4.860 sebagai target harga bagi MDKA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×