Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten sektor besi dan baja telah merilis laporan keuangan untuk kuartal I-2020. Hasilnya, kinerja sejumlah emiten melorot, bahkan ada yang menanggung kerugian.
Untuk tahun ini, prospek emiten besi dan baja dinilai masih berat. Sebab, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menilai emiten di sektor besi dan baja sangat erat kaitannya dengan sektor properti dan konstruksi karena perannya sebagai industri pendukung. Di saat yang sama, kedua sektor ini juga terimbas Covid-19.
“Dengan penurunan yang terjadi pada kedua sektor tersebut tentunya berimbas negatif terhadap permintaan akan baja sehingga berpengaruh pada upaya peningkatan pendapatan,” terang Reza kepada Kontan.co.id, Jumat (26/6).
Baca Juga: Selisih kurs bengkak, Gunawan Dianjaya (GDST) rugi Rp 107,52 miliar di kuartal I-2020
Terlebih, emiten besi dan baja juga menghadapi masalah ketersediaan bahan baku, dimana komponen biaya bahan baku yang rata-rata masih impor sehingga kemungkinan akan sulit untuk menyesuaikannya.
Reza menilai, dalam kondisi saat ini propsek emiten besi dan baja belum terlalu terlihat. Namun, yang bisa mereka lakukan untuk bertahan kemungkinan lebih kepada efisiensi dan menjaga pelanggan esksisting.
“Itupun kalau pelanggannya tidak mengurangi permintaan maupun penangguhan atas tagihan ke mereka,” sambung dia.
Dus, prospek dari emiten besi dan baja akan terlihat ketika permintaan akan properti dan proyek-proyek infrastruktur serta konstruksi sudah kembali berjalan.
Untuk saat ini, Reza merekomendasikan investor untuk wait and see saham emiten besi baja.
Asal tahu, beberapa emiten besi dan baja mencatatkan kinerja yang kurang oke. PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) misalnya, membukukan penurunan penjualan dan pendapatan jasa sebesar 14,48% menjadi Rp 1,05 triliun. Emiten dengan nama lain Spindo ini menanggung rugi bersih sebesar Rp 75,20 miliar di kuartal I 2020. Padahal, sebelumnya ISSP masih mampu membukukan laba bersih sebesar Rp 21,66 miliar di kuartal I-2019.
Baca Juga: Steel Pipe Industry of Indonesia (ISSP) harapkan angin segar dari relaksasi PSBB
Hal yang sama juga terjadi pada PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST) yang mencatatkan kerugian tahun berjalan senilai Rp 107,52 miliar. Padahal, di kuartal pertama tahun sebelumnya GDST masih membukukan laba bersih senilai Rp 6,47 miliar.
Kondisi berbeda justru dialami oleh emiten baja milik Negara, yakni PT Krakatau Steel Tbk (KRAS). Emiten pelat merah ini berhasil meraih laba bersih sebesar US$ 74,1 juta pada kuartal I tahun 2020 setelah terjerembab dalam lubang kerugian dalam 8 tahun terakhir.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, ke depan pihaknya akan tetap melakukan efisiensi melalui inisiatif-inisiatif digitalisasi.
Menurut Silmy, berkat efisiensi Krakatau Steel telah berhasil menghemat biaya sebesar US$ 130 juta pada kuartal I-2020.
Selain itu, KRAS juga akan meningkatkan kinerja dan volume penjualan melalui strategic partnership (business partnership). “KRAS ke depan juga melakukan hilirisasi sebagai solusi peningkatan margin keuntungan dan juga volume penjualan,” terang Silmy kepada Kontan.co.id, Jumat (26/6).
Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) Masuk di Kluster BUMN Tambang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News