Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa saham Indonesia dinilai tak semenarik Thailand atau Malaysia. Salah satu penyebabnya adalah defisit kembar Tanah Air yaitu, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD), serta defisit perdagangan.
Lotus Sekuritas menilai, jika masih ada potensi koreksi IHSG, penyebabnya karena sentimen yang memburuk. Antara lain nilai tukar rupiah yang terus merosot atau harga minyak mentah yang terus naik, bukan karena net sell dari investor asing.
"Sebenarnya market kita sudah jauh lebih kuat dibanding dua-tiga tahun lalu, karena peran investor domestik kita makin besar dan sudah lebih dominan dibandingkan asing, baik secara kepemilikan saham maupun nilai transaksinya," ujar Head of Lots Services Lotus Sekuritas Krishna Dwi Setiawan kepada Kontan, Rabu (10/10).
Dia memperkirakan, untuk akhir tahun, IHSG bisa ditutup menyentuh kisaran 6.100.
Jumlah dana asing yang keluar dari Tanah Air diprediksi masih berpeluang naik hingga akhir 2018. Aksi net sell asing sejak awal tahun sampai Selasa lalu (9/10) mencapai 54,91 triliun.
Sementara, dalam pertemuan IMF di Bali disampaikan potensi dana asing yang bakal keluar dari Tanah Air mencapai 5% atau US$ 5 miliar dari total potensi dana asing yang keluar dari negara berkembang, yakni US$ 100 miliar.
Saham pilihan
Adapun saham yang masih menarik hingga akhir tahun menurut Krishna adalah dari sektor perbankan. Seperti BBRI, BMRI, BBCA, lantaran pertumbuhan kreditnya sudah mencapai 12%.
Di luar sektor perbankan ada CPIN, MAIN, JPFA, INKP, TKIM, TPIA, PTBA, INDY dan ADRO. Selanjutnya, investor harus tetap fokus pada fundamental emiten dan bukan sentimen market.
"Gunakan penurunan market untuk switching portofolio, kalau sebelumnya sudah sempat salah pilih saham," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News