Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Akibatnya, kinerja MIKA kurang memuaskan di semester I 2020 ini. MIKA membukukan pendapatan hingga Rp 1,44 triliun turun 9,03% yoy. Sementara itu, labanya juga turun 19,61% yoy menjadi Rp 288,74 miliar.
Presiden Direktur CSA Institue Aria Santoso menjelaskan, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memang berdampak pada pendapatan emiten rumahsakit di kuartal II 2020. Sehingga, berat bagi emiten-emiten tersebut mencatatkan pertumbuhan di semester I ini.
Walau pun kinerjanya berat, Aria melihat saham MIKA dan HEAL masih menarik. Sebab, proyeksi keuntungan sampai akhir tahun masih positif. "Target harga MIKA di Rp 2.700 dan HEAL di Rp 3.500," kata Aria kepada Kontan.co.id, Kamis (6/8).
Baca Juga: Klaim perawatan pasien Covid-19 yang diajukan ke BPJS Kesehatan capai 56.919 klaim
Tidak jauh berbeda, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Maximilianus Nico Demus juga memandang saham HEAL masih menarik dibanding emiten-emiten lain. Hal ini terdorong HEAL yang termasuk dalam rumahsakit jaringan JKN, sehingga memiliki ruang untuk tetap bertumbuh.
Sekadar informasi, di semester I 2020, HEAL mencatatkan penurunan pendapatan yang termasuk mini, 3,13% yoy menjadi Rp 1,73 triliun dan labanya terkikis 16,37% menjadi Rp 104,24 miliar. Asal tahu saja, tengah kondisi yang menantang karena pandemi Covid-19, HEAL masih mampu mencatatkan bed occupancy rate di 56,4%.
Adapun secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat beberapa saham emiten rumahsakit masih cenderung baik dari indikatornya, seperti MIKA, HEAL, SILO, dan SAME. Bagi para pelaku trading, Herditya menyarankan untuk memperhatikan level support dan resistance.
"MIKA dapat dicermati area Rp 2.520 hingga Rp 2.550, HEAL Rp 3.200 hingga Rp 3.300, SILO Rp 4.900 hingga Rp 5.000,dan SAME Rp 90 hingga Rp 100," kata Herditya kepada Kontan.co.id, Kamis (6/8).
Baca Juga: Trafik kunjungan pasien menurun, pendapatan Mitra Keluarga (MIKA) tertekan 8,86%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News