Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) bersiap kembali mengembangkan bisnisnya pada 2026. Hal ini ditunjukkan melalui rencana penerbitan Obligasi Berkelanjutan V Chandra Asri Pacific Tahap I Tahun 2025 dengan jumlah pokok sebanyak Rp 1,5 triliun.
Obligasi ini terdiri dari tiga seri, yakni Seri A dengan jangka Waktu 3 tahun, Seri B dengan jangka waktu 5 tahun, dan Seri C dengan jangka waktu 7 tahun. Surat utang ini diperkirakan akan dicatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 14 Januari 2026.
"Dana bersih yang diperoleh perusahaan dari hasil obligasi ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan seluruhnya untuk keperluan modal kerja termasuk di antaranya pembelian bahan baku produksi untuk kegiatan usaha yang.pelaksanaannya akan digunakan oleh perusahaan," ungkap Manajemen TPIA dalam prospektus, pekan lalu.
Baca Juga: Chandra Asri Pacific (TPIA) Bakal Terbitkan Obligasi Rp 1,5 Triliun di Awal 2026
Obligasi Berkelanjutan V Chandra Asri Pacific Tahap I Tahun 2025 telah mendapat peringkat idAA- dari Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo)
Investment Analyst Edvisor Provina Visindo Indy Naila mengatakan, di atas kertas rencana penerbitan obligasi yang bernilai jumbo ini berpotensi mengerek rasio utang emiten milik Prajogo Pangestu tersebut. Namun, lantaran TPIA menjadikan aksi korporasi ini sebagai wadah menggalang dana untuk modal kerja, diharapkan akan ada dampak positif terhadap profitabilitas perusahaan pada masa depan.
"Penerbitan obligasi ini untuk menjaga stabilitas operasional TPIA," imbuh dia, Selasa (23/12/2025).
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menambahkan, peringkat idAA- cukup mencerminkan kondisi fundamental yang kuat dan prospek bisnis yang positif dari TPIA sebagai penerbit obligasi. Dengan peringkat yang solid, TPIA akan lebih mudah melakukan ekspansi secara agresif yang pada akhirnya berdampak positif terhadap kelangsungan usaha dan kinerja emiten tersebut.
Secara umum, para analis memandang TPIA memiliki ruang pertumbuhan kinerja yang cukup terbuka pada 2026 mendatang, terutama dari segmen bisnis petrokimia. Terlebih lagi, BPI Danantara turut menjajaki investasi senilai US$ 800 juta untuk pengembangan Pabrik Chlor Alkali - Ethylene Dichloride (CA-EDC) yang dikelola TPIA guna memperkuat kapasitas produk petrokimia di dalam negeri.
Baca Juga: Direktur Chandra Asri (TPIA) Serok Ratusan Ribu Saham, Ini Tujuannya
Belum lagi, TPIA melalui perusahaan patungan dengan Glencore yakni Aster di Singapura juga aktif melakukan ekspansi pengembangan bisnis kilang minyak dan petrokimia di negara tersebut. Tak hanya itu, TPIA melalui PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) juga terus memperkuat bisnisnya di bidang infrastruktur industri dan logistik yang terintegrasi.
"Sentimen negatif yang perlu diwaspadai TPIA adalah penurunan permintaan petrokimia akibat perlambatan ekonomi," kata Nafan, Selasa (23/12).
Secara teknikal, lanjut Nafan, pergerakan harga saham TPIA saat ini masih dalam fase konsolidasi, sehingga dia merekomendasikan wait and see untuk TPIA. Aksi beli baru disarankan apabila telah terbentuk price action yang jelas atau sinyal akumulasi yang kuat.
Di lain pihak, Indy menyebut saham TPIA masih sangat menarik dikoleksi investor dengan target harga di level Rp 9.200 per saham.
Selanjutnya: Produksi Emas 2026: Antam Optimalkan Produksi Pongkor dan Pasokan dari Freeport
Menarik Dibaca: 7 Rekomendasi Skincare Korea Terbaik untuk Kulit Berjerawat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













