Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah utang PT Adhi Karya Tbk (ADHI) pada semester I-2019 meningkat 4,95% sejak awal tahun 2019 menjadi sebesar Rp 25,01 triliun. Usut punya usut, kenaikan utang tersebut disumbang oleh penerbitan obligasi pada Mei 2019.
Mengutip laporan keuangan ADHI, emiten konstruksi tersebut telah menerbitkan obligasi berkelanjutan II tahap II tahun 2019 dalam dua seri. Obligasi seri A senilai Rp 556 miliar dengan suku bunga tetap sebesar 9,25% dengan jangka waktu 3 tahun. Sedangkan obligasi seri B senilai Rp 473,5 miliar dengan suku bunga tetap sebesar 9,75% dengan jangka waktu lima tahun. Sehingga secara total ADHI, anggota indeks Kompas100 ini, menerbitkan obligasi senilai Rp 1,03 triliun.
Obligasi tersebut dibuat berdasarkan Perjanjian Perwaliamanatan Obligasi Berkelanjutan II Adhi Karya Tahap II Tahun 2019 Nomor 156 tanggal 28 Mei 2019 dihadapan Notaris Ashoya Ratam. Artinya obligasi seri A jatuh tempo pada tahun 2022 dan obligasi seri B jatuh tempo tahun 2024.
"Obligasi ini tidak dijamin dengan jaminan khusus, tetapi dijamin dengan seluruh harta kekayaan perseroan baik yang bergerak maupun tidak bergerak," jelas Sekretaris Perusahaan PT Adhi Karya Tbk Ki Syahgolang Permata dalam laporan keuangan yang dikutip Kontan.co.id, Jumat (2/8).
Adapun, pemeringkat atas efek utang jangka panjang dari PT Pefindo yaitu id A- (Single A- minus).
Baca Juga: Bakal terdepak dari Indeks LQ45, begini gerak saham ADHI, ELSA, dan WSBP di sesi I
Rencananya, penggunaan dana yang diperoleh dari penawaran umum obligasi setelah dikurangi dengan biaya emisi akan digunakan sepenuhnya oleh ADHI untuk modal kerja proyek LRT dan proyek infrastruktur lainnya.
Penjamin pelaksana emisi obligasi adalah PT Bahana Sekuritas, BCA Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas dan PT Mandiri Securities. Sementara wali amanatnya adalah PT Bank Mega Tbk.
Dalam penerbitan obligasi tersebut, perusahaan diharuskan menjaga rasio-rasio keuangan tertentu.
Rasio tersebut adalah rasio aset lancar dan liabilitas lancar tidak kurang dari 1:1 dan rasio utang terhadap ekuitas tidak lebih dari 3:5:1. Perbandingan EBITDA dengan bunga tidak kurang dari 2,5:1 untuk tahun pertama dan kedua, sedangkan tahun ketiga sampai tujuh sebesar 3:1. Per 30 Juni 2019, ADHI menyatakan perusahaan telah memenuhi seluruh rasio keuangan tersebut.
Penerbitan obligasi ini lantas masuk dalam pos utang jangka panjang. ADHI mencatat utang jangka panjang mereka saat ini sebesar Rp 5,65 triliun, angka tersebut naik 16,02% sejak awal tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News