Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tensi geopolitik di Timur Tengah masih tinggi. Bagaimana prospek sektor komoditas di akhir tahun?
Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus mengatakan, jika berbicara tensi geopolitik di Timur Tengah maka komoditas yang berpotensi naik adalah minyak. Namun, sejauh ini ia melihat tensi geopolitik yang masih terjadi masih dalam lingkup terbatas sehingga harganya masih bisa dikendalikan.
"Hal yang dikhawatirkan adanya perluasan dari tensi geopolitik yang tengah terjadi saat ini. Meskipun masih terkendali, tetapi volatilitas di pasar masih sangat tinggi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (5/11).
Berdasarkan data Bloomberg, sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, harga minyak berangsur-angsur naik, dan tertinggi pada level US$ 88,37/bbl pada 19 Oktober 2023. Adapun per Minggu (5/11), harganya kembali melandai ke US$ 80,51/bbl.
Baca Juga: Visi Misi Capres Akan Beri Dampak Bagi Sejumlah Sektor, Ini Rekomendasi dari Analis
Analis CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, Bob Setiadi mengatakan, meskipun Israel dan Palestina bukanlah pemain minyak utama, risiko dapat berasal dari dampak spillover ke wilayah dan negara penghasil minyak terdekat seperti Iran.
Iran menyumbang sekitar 3% dari total produksi minyak mentah global atau 3,1 juta barel per hari di bulan September 2023.
"Kami pikir risiko konflik Israel-Hamas dapat menyebabkan sanksi Amerika Serikat (AS) yang lebih ketat terhadap ekspor minyak Iran tetap ada, sementara Iran dapat mengancam untuk menutup Selat Hormuz," paparnya.
Analis Sinarmas Sekuritas Isfhan Helmy menambahkan, semakin lama konflik berlanjut dan jika aktor-aktor regional lainnya terlibat, risiko harga minyak menembus US$ 100/ bbl dapat meningkat. Hal ini terjadi di saat pasar minyak global sudah menghadapi defisit yang signifikan.
Proyeksi menunjukkan defisit 1,2 juta barel per hari pada paruh kedua tahun 2023 karena tingginya permintaan dan pengurangan pasokan oleh Arab Saudi dan OPEC+. Pasar diperkirakan akan seimbang pada tahun 2024, sebuah skenario yang terkait dengan kesepakatan damai Saudi-Israel yang difasilitasi oleh AS.
Sebagai bagian dari kesepakatan ini, Arab Saudi telah merencanakan untuk meningkatkan pasokan minyaknya tahun depan. Namun, konflik Israel-Palestina mempersulit upaya untuk menormalkan hubungan antara Arab Saudi dan Israel, sehingga membatasi kemungkinan peningkatan pasokan.
"Semakin lama konflik ini berlangsung dan semakin meluas, semakin tinggi pula risiko-risiko ini," terangnya.
Adapun penurunan harga minyak belakangan ini seiring dengan lesunya permintaan. Namun begitu, CGS-CIMB Sekuritas mengestimasikan permintaan dan pasokan minyak mentah global saat ini berada di 101,5 dan 102,1 Mbpd pada tahun 2023.
Baca Juga: Tensi Geopolitik Panas, Intip Rekomendasi Saham Sejumlah Emiten Komoditas Berikut Ini
Seiring dengan potensi kenaikan harga minyak dunia, harga komoditas lainnya juga akan bergerak selaras. Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta mengatakan bahwa harga komoditas seperti batubara juga akan terkerek.
"Ada kebutuhan jelang musim dingin, sehingga ada permintaan untuk batubara yang bisa mendorong terapresiasi harganya," sambungnya.
Secara teknikal, ia juga melihat sejumlah saham menarik untuk diperhatikan seperti MEDC dan ENRG dengan target harga, masing-masing di Rp 1.275 - Rp 1.375 dan Rp 242 - Rp 302.
Sementara CGS-CIMB Sekuritas menjagokan MEDC dengan target harga Rp 1.650.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News