kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45899,81   -26,92   -2.90%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tembaga capai harga tertinggi dua tahun


Selasa, 01 Agustus 2017 / 06:40 WIB
Tembaga capai harga tertinggi dua tahun


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Harga tembaga terus menguat lantaran pasokan tengah terganggu. Di saat yang sama, permintaan diprediksi meningkat, karena China berencana melakukan pembatasan impor tembaga daur ulang.

Pada Senin (31/7) pukul 16.22 WIB, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange sempat mencapai US$ 6.430 per metrik ton atau naik 1,7% dari harga penutupan hari sebelumnya. Dengan demikian, selama bulan Juli, harga komoditas ini mengalami kenaikan sekitar 7,8%. Harga ini terkoreksi menjadi US$ 6.369 per metrik ton pada penutupan perdagangan.

Ini merupakan kenaikan bulanan tertinggi sejak Januari lalu, di mana saat itu harga aluminium naik 8,23%. Selain itu, posisi harga di US$ 6.430 merupakan harga tertinggi tembaga sejak Mei 2015.

Andri Hardianto, analis Asia Tradepoint Futures, mengatakan, tembaga memang tengah mendapat faktor fundamental yang positif. Baru-baru ini, China berniat melarang impor tembaga daur ulang karena dapat mengganggu lingkungan. Jika benar terjadi, ini akan meningkatkan permintaan tembaga pemurnian. "Padahal saat ini produksi tembaga masih mengalami gangguan," ujar dia, Senin (31/7).

Selain itu, beberapa tambang tembaga besar juga masih mengalami gangguan produksi. Selama semester I-2017, produksi tambang Grasberg di Indonesia turun 14%, Sementara produksi tambang Escondida di Cile turun 12% dan produksi tambang di Kanada turun 19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hanya tambang Peru produksinya masih tumbuh 7%.

Berbekal sentimen positif tersebut, Andri meyakini pada akhir kuartal tiga ini harga tembaga bisa menembus level US$ 6.800 per metrik ton. Saat ini masih belum ada sentimen negatif yang bisa mengganjal laju penguatan harga. Kalaupun terjadi pelemahan, itu hanya koreksi teknikal, karena harganya sudah terlalu tinggi.

Bahkan data ekonomi China yang melemah juga tidak menggoyang harga tembaga. Pemerintah China mengumumkan indeks belanja produsen sektor manufaktur di Juli turun jadi 51,4, padahal di Juni mencapai 51,7.

Menurut Andri dengan alasan produksi yang masih tertekan, kini pasar cenderung mengabaikan data ekonomi China. "Datanya malah diabaikan dan penurunan tipis ini dianggap masih sesuai ekspektasi," papar dia.

Apalagi harga tembaga juga diuntungkan dari valuasi dollar Amerika Serikat (AS) yang berada di bawah tekanan. Kondisi politik negeri Paman Sam carut marut pasca dilakukannya investigasi keterlibatan Rusia dalam pemilihan Presiden AS dan gagalnya Presiden Donald Trump mengusung revisi UU Kesehatan.

Pada Selasa (1/8), harga tembaga diprediksi melanjutkan penguatan dan bergerak di rentang US$ 6.420-US$ 6.320 per metrik ton. Sepekan ke depan, harga akan bergerak pada kisaran US$ 6.500-US$ 6.280 per metrik ton.

Secara teknikal, harga tembaga bergulir di atas garis moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200. Selanjutnya moving average convergence divergence (MACD) berada di level 142,8 dan stochastic di level 72,2. Ketiga indikator masih menunjukkan peluang penguatan. Hanya relative strength index (RSI) yang sudah berada di area overbought level 82,5.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×