Reporter: Nuria Bonita | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kondisi pasar finansial yang memburuk dalam beberapa pekan terakhir terus memakan korban. Berbagai rencana aksi korporasi para emiten harus ditunda, bahkan dibatalkan. Nasib serupa juga menimpa PT Excelcomindo Pratama Tbk (EXCL). TM International Berhad (Telecom) sebagai pemegang saham pengendali operator telekomunikasi seluler terbesar ke tiga di Indonesia ini menunda rencana penjualan saham melalui mekanisme private placement.
Menurut Corporate Finance and Treasury Senior Vice President Excelcomindo Johnson Chan, pihaknya telah memastikan tidak akan melepas saham pemegang merek XL ini ke publik pada tahun ini. Keputusan ini telah disepakati bersama oleh XL, Telecom, serta tiga konsultan keuangan aksi korporasi ini, yaitu Mandiri Sekuritas, J.P. Morgan, dan Merrill Lynch.
"Sekarang sudah mendekati Oktober, dengan keadaan pasar sekarang tak mungkin (private placement) tahun ini," ujarnya kepada KONTAN, hari ini (23/9). Jadi, lanjut Johnson, hajatan itu baru akan digelar tahun depan. Namun, dia mengaku belum bisa menentukan waktu yang tepat untuk menjual saham XL tersebut pada tahun depan. Johnson hanya memberikan gambaran, penundaan itu akan berlangsung sekitar tiga hingga enam bulan mendatang. "Pokoknya saat pasar membaik," ujarnya.
Menurut Johnson, hingga kini Telecom masih belum memastikan jumlah saham yang bakal dilego. Yang jelas, jumlahnya berkisar 10% hingga 15% saham. Selain itu, Telecom belum menetapkan harga penjualan saham. Sejak awal bulan ini harga saham XL telah rontok 13,72% dari posisi Rp 2.550 per saham pada 3 September lalu. Sedangkan hari ini, harganya naik 6,02% menjadi Rp 2.200 per saham.
Sebaiknya 40% saham
Sesungguhnya, Telecom berencana melakukan private placement pada akhir tahun ini. Langkah ini bertujuan menambah likuiditas saham ini di lantai bursa. Maklum, saat ini porsi pemegang saham publik sangat minim. Telecom mengempit 83,8% saham XL. Sisanya dimiliki Emirates Telecommunications Corporation (Etisalat) sebanyak 15,97%, dan publik hanya 0,23%.
Meski menunda pelaksanaan private placement hingga tahun depan, XL tetap mempersiapkan hajatan tersebut mulai sekarang. Persiapannya meliputi kelengkapan dokumen-dokumen dan melakukan penelaahan. "Kami tetap ancang-ancang, tapi pelaksanaannya menunggu market," ujar Johnson.
Maklum, perusahaan telah mendapat restu dari para pemegang saham untuk membantu pelaksanaan private placement yang dilakukan oleh Telecom. Bantuan itu berupa pelaksanaan uji tuntas atau due diligence dan turut serta dalam roadshow untuk menjajaki minat para calon investor. Rencananya, roadshow akan dilakukan ke beberapa negara seperti Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan Eropa.
XL juga akan membantu Telecom mempersiapkan proposal penawaran atau offering circular, menjadi pihak dalam perjanjian penjualan saham, memberikan pernyataan jaminan dan kesanggupan, serta bertanggungjawab atas semua pernyataan itu.
Analis Deutsche Bank Raymond Kosasih menyatakan kondisi bursa global saat ini bukanlah waktu yang baik buat menggelar private placement. "Keputusan menunda penjualan saham XL itu sangat tepat," imbuhnya. Dia menduga, pelepasan maksimal 15% saham itu merupakan tahap pertama. Selanjutnya, Telecom akan menambah jumlah saham publik hingga maksimal 40%. Selain itu, dalam kondisi seperti ini sebaiknya pelepasan saham XL dilakukan bertahap.
Sementara itu, XL sedang merampungkan proses penjualan 7.000 menara telekomunikasi. Menurut Johnson, sudah ada beberapa investor yang mengajukan penawaran. Namun, perusahaan belum menentukan pemenangnya. Sebelumnya, santer beredar kabar PT Indonusa Mora Perkasa dan Recapital Advisors merupakan calon kuat pemenang tender menara XL.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News