kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Tekanan pasar obligasi mengendur


Senin, 23 September 2013 / 06:26 WIB
Tekanan pasar obligasi mengendur
Sekretaris Jenderal Kemnaker Anwar Sanusi pada pertemuan virtual G20 Employment Working Group (EWG) pertama, Rabu (17/2).


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Tekanan ke pasar obligasi mulai kendur. Keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) mempertahankan program stimulus moneter, juga manjur menimbulkan euforia di pasar obligasi.

Alhasil, harga surat utang negara (SUN) pun bergerak naik. Jumat lalu (20/9), indeks harga SUN, naik 0,85% menjadi 99,52 dibanding dengan hari sebelumnya. Posisi indeks harga SUN tersebut merupakan level tertinggi dalam sebulan terakhir.

Harga SUN acuan seri FR0063 bertenor 10 tahun, contohnya,  pada akhir pekan lalu naik 1,67% menjadi 86,75 dibanding sehari sebelumnya. Ini membuat imbal hasil (yield) SUN seri ini turun dari 7,81% menjadi 7,58%.

Pun, harga SUN acuan seri FR0064 menguat 2,21% menjadi 84,40. Yield SUN bertenor 15 tahun ini turun dari 8,18% menjadi 7,94%.

Tekanan yang mulai berkurang di pasar obligasi ini membuat premi risiko investasi Indonesia menurun. Ini tercermin dari credit default swap (CDS) Indonesia yang juga berangsur turun. Jumat lalu, CDS Indonesia tercatat 218,72.

Fakhrul Aufa, analis Indinesia Bond Pricing Agency (IBPA) menilai, penundaaan tapering off stimulus AS bakal memicu dana asing kembali masuk ke pasar domestik, termasuk ke pasar obligasi. Maklum, harga SUN makin murah sehingga yield SUN semakin atraktif pada beberapa pekan terakhir. "Valuasi harga obligasi saat ini juga masih murah," ujar Fakhrul, akhir pekan lalu.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan mencatat, investor asing sudah kembali masuk ke SUN. Per 18 September 2013, total investor asing yang menggenggam SUN mencapai Rp 286,3 triliun atau naik Rp 2,29 triliun dibandingkan akhir Agustus 2013. Fakhrul memproyeksikan, tren masuknya asing ini akan berlanjut hingga akhir tahun, sebelum ada pembahasan kembali program stimulus AS.

Desmon Silitonga, analis Millenium Danatama Asset Management, melihat, walau berdampak sesaat, penundaan pencabutan stimulus AS itu mendorong keberanian investor masuk ke pasar obligasi dalam negeri. Mereka akan masuk mengincar surat utang tenor menengah. "Apalagi harga obligasi tenor menengah sudah relatif murah," ujar dia.

Itu sebabnya, Desmon memperkirakan, dalam jangka pendek, pasar obligasi akan kembali cerah. Terlebih, ekonomi domestik mulai terlihat stabil. Lagi pula inflasi pada September ini diperkirakan mulai turun.

Namun, bukan berarti tekanan di pasar obligasi sudah sirna. Hantu inflasi serta pelemahan nilai tukar rupiah masih membayangi pasar surat utang dalam negeri. "Hingga akhir tahun pasar obligasi masih akan bergejolak dipengaruhi tekanan inflasi dan rupiah," ujar Desmon.       
      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×