kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Tekanan global menahan laju indeks obligasi


Senin, 30 Oktober 2017 / 17:32 WIB
Tekanan global menahan laju indeks obligasi


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebulan terakhir, indeks obligasi yang tercermin dalam Indonesia Composite Bond Index (ICBI) cenderung bergerak menurun. Penurunan tersebut terjadi setelah ICBI menyentuh level tertinggi di 238,42 pada 25 September 2017. Jumat (27/10), ICBI berada di level 233,88 atau turun 1,9%.

Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Robby Rushandie mengatakan, penyebab indeks ICBI menurun karena asing cenderung melepas kepemilikannya di surat utang negara (SUN). "Selama empat hari pada pekan ini saja asing sudah net sell surat berharga negara (SBN) Rp 1,77 triliun," kata Robby, Jumat (27/10).

Selain itu, Robby menyebut tak jauh indeks obligasi turun karena tertekan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Jumat (27/10) rupiah ditutup melemah 0,16% jadi di level Rp 13.609 per dollar AS di pasar spot.

"Penurunan indeks obligasi juga pengaruh dari tekanan pasar obligasi secara global," kata Robby. Pasalnya, saat ini yield US Treasury, Germand Bund, dan UK Gilt dalam kondisi naik.

Robby melihat, pelaku pasar global saat ini tampak antisipasi kebijakan moneter Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa (ECB) yang diperkirakan kurang akomodatif. "Apalagi saat ini pasar juga tengah antisipasi dengan pengumuman calon gubernur The Fed," kata Robby.

Namun, saat ini tekanan pasar obligasi mulai mereda karena ECB memperpanjang quantitative easing (QE) berupa pembelian obligasi sebesar € 30 miliar setiap bulannya hingga September 2018.

Senada, Fund Manager Capital Asset Management Desmon Silitonga mengatakan, indeks obligasi Indonesia menurun karena faktor investor asing yang keluar dari SUN. "Namun, secara tren asing masih cukup masuk ke obligasi kita," kata Desmon.

Harga obligasi Indonesia yang cenderung naik ini pun Desmon perkirakan hanya berlangsung sementara. "Fluktuasinya tidak akan berlangsung lama karena net sell asing tidak berlanjut seperti keluarnya asing di equity," kata Desmon.

Untuk akhir tahun Desmon memprediksikan biasanya indeks obligasi Indonesia akan melemah karena aksi ambil untung. Dengan begitu, pada akhir tahun 2017 kondisi obligasi tidak akan jauh berbeda seperti saat ini. "Yield obligasi bertenor 10 tahun pada akhir tahun masih akan di bawah 7% karena didukung fundamental Indonesia yang baik," kata Desmon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×