Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Tekanan terhadap rupiah terus berlanjut. Kamis (20/6), di pasar spot pasangan USD/IDR turun 0,44% ke 9.982. Namun, kurs tengah dollar Amerika Serikat di Bank Indonesia naik 0,12% menjadi 9.920.
Rully Arya Wisnubroto, Analis Pasar Keuangan Bank Mandiri mengatakan, pernyataan Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, yang ingin mengurangi stimulus moneter hingga akhir 2013 dan menghentikan stimulus tersebut di 2014, memperburuk kondisi rupiah.
Keputusan The Fed tersebut membuat kurs dollar AS menguat. "Pengumuman The Fed ini membuat para investor melarikan modalnya ke Amerika, dan melemahkan Rupiah," ujar Rully.
Namun, potensi penguatan rupiah tetap terbuka. Bila harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi naik, dalam jangka menengah akan mengangkat posisi rupiah. Menurut Rully, investor asing melihat kondisi fiskal akan semakin membaik, sehingga ada harapan lembaga pemeringkat asing menaikkan outlook utang Indonesia.
Albertus Christian, analis Monex Investindo Futures juga bilang, tekanan terbesar rupiah adalah menguatnya dollar AS setelah pernyataan The Fed, kemarin. "Pasar mengantisipasi dengan melarikan dananya ke Amerika setelah Dollar menguat," ujarnya.
Ia menduga, rupiah akan melemah, di 9.940-10.100, hari ini. Sementara, Rully memperkirakan, rupiah di level 9.918-9.972.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News