kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Tekanan berlanjut, komoditas energi diramal baru bisa rebound di tahun depan


Rabu, 09 September 2020 / 18:38 WIB
Tekanan berlanjut, komoditas energi diramal baru bisa rebound di tahun depan
ILUSTRASI. Operator mengoperasikan alat berat bekerja di terminal batubara Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, Sumatera Barat, Rabu (9/1/2019). Kementerian ESDM mencatat, pemanfaatan batubara domestik di tahun 2018 mencapai 115 juta ton, jumlah tersebut naik dari tahun 2


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek harga komoditas energi berpotensi untuk melanjutkan pelemahannya hingga tahun ini. Ini mengingat, masih banyak sentimen yang bakal menekan harga minyak global.

Mengutip Bloomberg, harga minyak mentah jenis WTI sempat melorot ke level US$ 36,90 per barel pada perdagangan Selasa (8/9). Untungnya, pada perdagangan Rabu (9/9) harga tampak mulai kembali menanjak ke level US$ 37,54 per barel pada 17.27 WIB.

Analis crude oil commodity specialist dari ICDX Yoga Tirta mengatakan, seiring dengan penurunan harga minyak mentah, maka komoditas energi lainnya kemungkinan bakal mengikuti tren penurunan tersebut. Dia menjelaskan, untuk komoditas gas, biasanya memiliki korelasi yang positif dengan komoditi minyak mentah, sehingga tren pergerakan harga juga secara tidak langsung akan sejalan. 

Baca Juga: Penurunan harga minyak bisa menguntungkan sejumlah emiten ini, tapi...

"Melihat tren minyak mentah yang saat ini terus merosot, diperkirakan untuk komoditi gas juga akan mengalami tren yang sama," ungkap Yoga kepada Kontan, Rabu (9/9).

Sementara itu, untuk komoditas energi lainnya seperti batubara, pergerakannya sangat bergantung pada permintaan dari China. Ini karena, Negeri Tirai Bambu tersebut masih menjadi konsumen terbesar batubara di dunia. 

Ditambah lagi, kondisi perekonomian global saat ini danggap masih lesu. Kondisi tersebut diperparah dengan bertambahnya kasus Covid-19 di China, dan itu diyakini akan berdampak pada penurunan permintaan komoditas energi. "Sentimen ini yang secara tidak langsung juga akan memberikan sentimen negatif pada harga batubara," jelasnya.

Yoga juga mengingatkan, bahwa saat ini masyarakat dunia tengah gencar mengkampanyekan penggunaan energi bersih. Alhasil kondisi tersebut ikut mengancam permintaan batubara dan bakal mengancam harga ke depannya. 

Baca Juga: Kebijakan perluasan wilayah tambang di RPP Minerba, ini kata Arutmin Indonesia

Adapun sentimen yang perlu dicermati untuk komoditas energi ke depan, diantaranya perkembangan kondisi ekonomi global, kebijakan dari negara produsen energi seperti langkah-langkah yang bakal diambil Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC+). Selain itu, perkembangan kasus Covid-19 juga jadi perhatian, khususnya terkait temuan vaksinnya. 

"Kondisi geopolitik juga penting karena bisa menjadi katalis positif untuk harga komoditas energi. Untuk komoditas energi yang berpeluang rebound paling cepat, kemungkinan adalah minyak dan gas," ujarnya. 



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×