Reporter: Agus Triyono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Rupiah cenderung tertekan sepekan ini. Di pasar spot, pasangan USD/IDR ditutup menguat 0,09% menjadi 9.886, Jumat (7/6). Kurs tengah dollar Amerika Serikat (AS) di Bank Indonesia (BI) justru melemah 0,05% menjadi 9.790 dibanding penutupan pekan lalu.
Daru Wibisono, analis Monex Investindo Futures mengatakan, defisit neraca perdagangan Indonesia bulan April senilai US$ 1,62 miliar memberati nilai tukar rupiah. Positifnya data ekonomi AS yang menopang pergerakan dollar AS di awal pekan turut menyebabkan rupiah tersungkur.
Daru memprediksi, tren pelemahan rupiah di pekan ini tidak akan berlanjut di pekan depan. Sentimen positif dari beberapa rilis data ekonomi di pekan depan, dibarengi kekhawatiran pasar terhadap kebijakan kenaikan BBM subsidi, cenderung membuat rupiah bergerak datar di 9.730- 9.750.
Lana Soelistianingsih, Ekonom Samuel Sekuritas menambahkan, tekanan rupiah juga datang dari pergerakan teknikalnya. "Rupiah memang rawan. Secara teknikal, ketika sudah tembus level 9.680 mudah mengarah ke level 9.980," katanya.
Aksi jual di pasar saham dan obligasi turut menyeret rupiah. Lana memperkirakan, tren pelemahan rupiah kemungkinan berlanjut pekan depan. Sentimen negatif dari tidak pastinya kebijakan pemerintah soal harga BBM dan intervensi BI akan membuat rupiah melemah di kisaran 9.800- 9.870.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News