Reporter: Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Setelah melewati beberapa rintangan, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) berhasil melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan investasi ini mencatatkan saham perdana di BEI pada 26 Juni.
Saratoga menjual 271,29 juta saham setara dengan 10% saham dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh. Harga jual saham Saratoga di Rp 5.500 per saham. Artinya, emiten ini berhasil meraup dana Rp 1,49 triliun.
Harga initial public offering (IPO) Saratoga jauh lebih rendah dibanding harga penawaran awal. Kala itu, emiten ini menawarkan di Rp 6.100-Rp 7.800. Saratoga juga berniat melepas saham sampai 15% atau sebanyak 64,63 juta saham. Ternyata, kondisi pasar kurang berpihak pada Saratoga. Alhasil, manajemen akhirnya memutuskan hanya melepas 10% saham dan menurunkan harga jual.
Saratoga juga mengadakan program alokasi saham karyawan sebanyak 3,29 juta saham setara 1,2%. Perusahaan ini juga mengadakan program opsi kepemilikan saham kepada manajemen dan karyawan sebanyak 54,25 juta saham setara dengan 2%.
Bayar utang
Sebagian dana hasil IPO Saratoga digunakan untuk melunasi utang. Rinciannya, sekitar US$ 50 juta atau setara Rp 483,5 miliar (kurs US$ 1 = Rp 9.670) untuk melunasi utang anak usaha PT Saratoga Sentra Bussiness. Utang tersebut jatuh tempo 12 Januari 2014. Utang tersebut berasal dari Standard Chartered Bank, cabang Jakarta, yang ditandatangani dalam bentuk secured term loan facility agreement pada 12 Januari 2012.
Dana IPO tersebut, Rp 359,4 miliar digunakan melunasi utang kepada PT Rasi Unggul Bestari. Utang ini digunakan untuk akuisisi saham PT Mitra Phinasthika Mustika Tbk (MPMX).
Sisanya, akan digunakan untuk mendanai kegiatan investasi. Presiden Direktur Saratoga Sandiaga S. Uno menyebut tiga sektor investasi, yaitu sumberdaya alam, infrastruktur, dan produk layanan konsumen. Perseroan ini juga mengalokasikan dana untuk memberi pinjaman mezzanine kepada PT Lintas Marga Sedaya melalui PT Bhaskara Utama Sedaya sebanyak US$ 8,3 juta.
Pinjaman tersebut akan berjalan pada kuartal III tahun ini. Menurut Sandiaga, pemberian pinjaman ini adalah salah satu bentuk komitmen Saratoga untuk berinvestasi di S Asia III Luxembourg, S.a.r.l (fund) dalam proyek pembangunan konstruksi dan jalan tol. Pinjaman ini dalam mengenakan bunga tetap 16% per tahun.
Setelah IPO, emiten yang didirikan oleh keluarga Soeryadjaya berharap bisa mempertahankan pertumbuhan pendapatan di atas 30% per tahun. Pendapatan Saratoga mencapai Rp 2,36 triliun di 2012. Angka tersebut melesat 108,85% dari pendapatan 2011 yang hanya Rp 1,13 triliun. Ini artinya, Saratoga diharapkan bisa mengantongi pendapatan Rp 3,07 triliun di tahun ini.
Saratoga juga mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang cukup cemerlang. Pada 2012, laba bersih Saratoga mencapai Rp 1,82 triliun atau melesat 127,79% dari tahun 2011.
Saratoga sudah mempunyai strategi sendiri untuk meraih target tersebut. Menurut Sandiaga, Saratoga akan memperbesar investasi di bisnis konsumer. Dia bilang, sedang memantau perusahaan konsumer makanan. Namun, dia enggan membeberkan nama perusahaan incarannya. "Paling tidak dalam tiga tahun ke depan portofolio di perusahaan konsumer bisa di atas 50%," kata dia.
Saratoga bahkan telah menyiapkan dana Rp 5 triliun untuk melakukan investasi untuk tiga tahun ke depan. Saratoga juga telah membeli 8% saham PT Nusa Raya Cipta. Dari aksi tersebut, Saratoga telah mengeluarkan dana Rp 120 miliar.
Emiten ini memiliki portofolio investasi di 17 perusahaan yang ada di dalam dan luar negeri. Nilai kapitalisasi pasar per 2012 mencapai Rp 17,38 triliun dengan nilai buku Rp 9,87 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News