kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.936.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.395   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.907   -61,50   -0,88%
  • KOMPAS100 997   -14,27   -1,41%
  • LQ45 765   -9,88   -1,28%
  • ISSI 225   -2,18   -0,96%
  • IDX30 397   -4,54   -1,13%
  • IDXHIDIV20 466   -5,69   -1,21%
  • IDX80 112   -1,62   -1,42%
  • IDXV30 115   -1,15   -0,99%
  • IDXQ30 128   -1,29   -0,99%

TBS Energi Utama (TOBA) Berupaya Perkuat Lini Bisnis Non-Batubara


Jumat, 20 Juni 2025 / 18:59 WIB
TBS Energi Utama (TOBA) Berupaya Perkuat Lini Bisnis Non-Batubara
ILUSTRASI. PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) semakin serius untuk meninggalkan bisnis berbasis energi fosil dan beralih ke bisnis energi hijau.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) semakin serius untuk meninggalkan bisnis berbasis energi fosil. Emiten ini kini fokus mengembangkan bisnis yang berkelanjutan, seperti pengelolaan limbah (waste management), energi terbarukan, hingga kendaraan listrik.

Direktur TBS Energi Utama Juli Oktarina menyampaikan, pihaknya terus mengurangi portofolio bisnis yang berkaitan dengan energi fosil sebagai bagian dari respons perusahaan atas tren dekabornisasi global. Hal ini dibuktikan dengan penjualan saham atau divestasi atas aset Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). 

Dua PLTU, yaitu PLTU Sulut 1 di bawah PT Gorontalo Listrik Perdana yang berkapasitas 2x50 megawatt (MW) dan PLTU Sulut 3 di bawah PT Minahasa Cahaya Lestari dengan kapasitas 2x50 MW telah dilepas oleh TOBA pada kuartal pertama lalu.

Melalui transaksi divestasi ini, TOBA memperoleh dana segar sebesar US$ 403 juta atau setara Rp 6,61 triliun (asumsi Rp 16.400 per dollar AS). “Dana tersebut akan menjadi modal untuk investasi ulang ke sektor yang lebih bersih dan punya potensi pertumbuhan lebih tinggi,” ujar dia dalam paparan publik, Jumat (20/6).

Baca Juga: Suspensi Dicabut, Saham TOBA dan CBRE Kembali Diperdagangkan Hari Ini

Juli juga mengonfirmasi, divestasi dua PLTU tersebut menyebabkan TOBA mengalami kerugian secara akuntansi yang berpotensi terjadi sepanjang 2025. Namun, hal ini diimbangi oleh posisi arus kas perusahaan yang lebih kuat. Lagi pula, kerugian ini pada dasarnya hanya bersifat jangka pendek.

Dalam laporan keuangan, TOBA mengalami rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 60,05 juta pada kuartal I-2025. Hasil ini berbanding terbalik dengan kuartal I-2024 yang mana emiten tersebut meraih laba bersih US$ 11,53 juta.

TOBA pun kini menggeber bisnis non-batubara. Salah satunya adalah pengelolaan limbah yang telah diwujudkan melalui akuisisi 100% saham Sembcorp Environment Pte Ltd oleh anak usaha TOBA yaitu SBT Investment 2 Pte. Ltd pada akhir Maret 2025.

Sembcorp merupakan perusahaan pengolah limbah asal Singapura yang telah beroperasi selama lebih dari 20 tahun dan memiliki lebih dari 470.000 pelanggan. Melalui akuisisi tersebut, TOBA berkesempatan mengembangkan infrastruktur dan layanan pengolahan limbah yang tidak hanya mencakup di wilayah Indonesia saja, melainkan di Asia Tenggara.

“Kami juga pastikan akuisisi Sembcorp juga disertai oleh transfer pengetahuan dan teknologi di bidang waste management,” imbuh Juli.

Selain itu, TOBA juga gencar menggarap proyek energi terbarukan berupa pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di Batam dengan kapasitas 46 megawatt peak (Map). PLTS Terapung ini sudah memiliki kontrak Power Purchasing Agreement (PPA) selama 25 tahun.

Proses konstruksi PLTS Terapung di Batam masih terus berlangsung dan ditargetkan dapat tuntas pada kuartal III-2026 mendatang. PLTS Terapung ini dapat mengalirkan listrik untuk kawasan industri yang ada di Batam. TOBA juga melirik peluang ekspor listrik dari PLTS tersebut ke Singapura, meski hal itu masih perlu penilaian lebih lanjut.

Tak hanya itu, TOBA juga berusaha memperkuat lini bisnis sepeda motor listrik merek Electrum. Saat ini, TOBA masih fokus menjual motor listrik tersebut ke segmen business to business (B2B). Motor listrik ini sudah marak digunakan oleh perusahaan ride hauling seperti Gojek dan Grab.

Pihak TOBA pun berusaha menggaet lebih banyak korporasi untuk bisa menggunakan motor listrik Electrum. “Kami akan kembangkan operasi Electrum tidak hanya di Jakarta, tapi juga di luar Jakarta,” kata Juli.

Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi berpendapat, meski saat ini TOBA menderita rugi bersih akibat hasil divestasi PLTU, aksi korporasi yang dilakukan emiten tersebut tetap bakal memberikan dampak positif dalam jangka panjang. 

“Sebab, secara jangka panjang tren di dunia akan lebih fokus pada energi hijau ketimbang energi fosil,” ungkap dia, Jumat (20/6).

Para investor TOBA memang perlu bersabar. Meski sudah divestasi PLTU, TOBA masih memiliki bisnis pertambangan batubara yang tentu rentan terhadap risiko volatilitas harga komoditas di pasar. Di samping itu, risiko tertundanya proyek energi terbarukan juga perlu diwaspadai oleh TOBA.

Saat ini, saham TOBA sudah berada dalam fase jenuh beli atau overbought, apalagi BEI sempat menghentikan perdagangan saham emiten tersebut beberapa hari yang lalu. Valuasi TOBA dipandang Wafi relatif mahal dan pergerakan rawan terkoreksi ke level Rp 660—650 per saham.

Di lain pihak, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyarankan buy on weakness saham TOBA dengan support di level Rp 750 per saham dan resistance di level Rp 890 per saham. Target harga TOBA ditaksir ada di kisaran level Rp 940—995 per saham.

Baca Juga: Central Omega Resources (DKFT) Mengkaji Ekspansi ke Sektor Hilir Nikel

Selanjutnya: Masuk Fortune Southeast Asia 500,Bukti WIKA Salah Satu Perusahaan Konstruksi Terbaik

Menarik Dibaca: Butuh Pinjaman Modal Nikah Tanpa Jaminan? Begini Syarat dan Cara Ajukannya di 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×