Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Walau banyak mendapat tentangan, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) terus melanjutkan proses share swap alias tukar guling saham dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Hingga saat ini pihak TLKM masih berkomitmen untuk menukarkan saham anak usahanya, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) dengan saham TBIG.
TBIG sendiri sudah menyelesaikan proses internal untuk tukar guling saham dengan Mitratel. "Kami sudah mendapat persetujuan dari pemegang saham, sementara proses di TLKM akan sesuai prosedur " ungkap Presiden Direktur TBIG, Herman Setya Budi usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Rabu (27/5).
Perjanjian transaksi antara TBIG dan TLKM masih berlaku hingga bulan Juni 2015 dan dapat diperpanjang atas persetujuan kedua belah pihak. TBIG yakin proses share swap merupakan win win solution yang akan menguntungkan kedua belah pihak.
Tukar guling saham dengan TBIG merupakan salah satu strategi TLKM untuk membesarkan Mitratel. Sebelumnya TLKM memiliki beberapa opsi, seperti dengan pertumbuhan organik atau Intinial Public Offering (IPO). Namun, dari informasi yang sebelumnya KONTAN peroleh, pertumbuan organik tidak dapat memberi nilai tambah bagi TLKM.
Jika melihat kinerja keuangan Mitratel dari tahun 2011- 2014, kontribusi laba bersih Mitratel terhadap TLKM semakin berkurang. Di tahun 2011, Mitratel menyumbang 1,2% laba kepada TLKM, kemudian naik menjadi 1,7% di tahun 2012 dan 2% di tahun 2013. Namun, di tahun 2014, laba bersih Mitratel hanya memberikan kontribusi 0,6% dari total laba TLKM.
Sementara kontribusi beban Mitratel terus meningkat. Di tahun 2011, beban bunga Mitratel menyumbang 0,4% terhadap TLKM. Lalu di tahun 2014, beban bunga Mitratel menyumbang 21,1% terhadap beban bunga TLKM.
Di tahun 2011, total aset Mitratel menyumbang 3,2% terhadap TLKM, lalu naik menjadi 4,4% di tahun 2012, 5,8% di tahun 2013, dan 6,3% di tahun 2014. Namun, tenancy ratio Mitratel dari tahun 2012 - 2014 mendatar di level 1,1 kali. Dengan demikian, kenaikan biaya investasi TLKM tidak linier dengan tingkat pengembalian dari Mitratel.
Sementara jika menggunakan strategi IPO, valuasi Mitratel saat IPO akan lebih kecil dari peer-nya dan bahkan lebih kecil dari TLKM. Hal ini lantaran kinerja Mitratel berada di bawah kinerja TLKM dan industri. Di tahun 2014 misalnya, Net margin Mitratel hanya sebesar 16%, sedangkan TLKM 24%. Kemudian di tahun 2014, net margin Mitratel turun menjadi 3% di saat ini net margin TLKM flat di angka 24%.
Oleh karena itu, share swap menjadi strategi yang paling tepat. Dalam transaksi ini, TLKM akan menukarkan 100% saham Mitratel senilai Rp 6,5 triliun dengan 13,7% saham TBIG.
Selanjutnya, TLKM akan menerima tambahan pembayaran earn out sampai maksimal Rp 1,7 triliun jika Mitratel dapat mencapai target pencapaian tertentu. Pembayaran akan dilakukan TBIG dan Mitratel setelah tahap I proses share swap dilakukan dan laporan keuangan Mitratel dikonsolidasikan ke TBIG. TLKM juga akan mengalihkan utang Mitratel senilai Rp 2,68 triliun kepada TBIG. Ketika transaksi ini menaikkan harga saham TBIG, maka kapitalisasi TLKM secara otomatis juga akan naik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News