Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Postur utang PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) bakal membengkak. Sebab, TBIG berencana menerbitkan obligasi senilai Rp 1 triliun.
Hoesen, Direktur Penilaian Perusahaaan Bursa Efek Indonesia (BEI) bilang, TBIG sudah mengajukan permohonan penerbitan obligasi dengan skema penawaran umum berkelanjutan (PUB) ke BEI. Belum jelas, berapa nilai total obligasi yang akan diterbitkan TBIG. Namun, "Obligasi berkelanjutan tahap satu TBIG jumlahnya Rp 1 triliun," terang Hoesen, akhir pekan lalu.
Herman Setya Budi, Direktur Utama TBIG tak bisa memastikan kapan obligasi tersebut terbit, karena masih menunggu izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "Kami masih belum bisa komentar, karena harus melihat kondisi pasar juga," kata Herman kepada KONTAN, Minggu (29/9).
Hemy Yusman Santoso, Direktur Keuangan TBIG mengatakan, penerbitan obligasi rupiah bertujuan untuk diversifikasi pendanaan. Sebab, ongkos operasional TBIG membutuhkan likuiditas berbentuk dollar dan rupiah.
TBIG memang sudah melaksanakan lindung nilai (hedging) bagi utang valas. "Untuk utang dalam valas sudah cukup banyak, jadi kami cari pendanaan dari rupiah," kata Hemy, belum lama ini. Obligasi itu akan TBIG alokasikan bagi ekspansi organik, seperti untuk pembangunan menara telekomunikasi baru.
Asal tahu saja, pada kuartal I-2013, TBIG telah menerbitkan obligasi dollar senilai US$ 300 juta. Permintaan yang membludak, menyebabkan obligasi TBIG kelebihan permintaan 14 kali, sehingga kupon obligasi bisa dipatok cukup murah di level 4,625%.
Helmy mengatakan, dengan rasio utang terhadap ekuitas alias debt to equity ratio (DER) sebesar 2 kali, TBIG masih bisa mencari utang baru.
Berdasarkan laporan keuangan semester I-2013, utang valas sindikasi jangka panjang TBIG mencapai US$ 605 juta. Ini belum termasuk obligasi dollar US$ 300 juta yang terbit kuartal I-2013. Sementara utang berbentuk rupiah tercatat sebanyak Rp 1,8 triliun. TBIG sendiri masih memiliki fasilitas pinjaman sindikasi yang belum dicairkan bernilai US$ 210 juta.
Hingga semester I-2013, TBIG sudah membelanjakan dana Rp 1,5 triliun untuk penambahan menara baru. Jumlah total penyewaan menara telekomunikasi sudah mencapai 13.909 unit.
Akhir pekan lalu, harga saham TBIG anteng di level Rp 5.900 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News