Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah resmi mengumumkan kupon sukuk ritel (sukri) seri SR-011 sebesar 8,05% dan bersifat tetap atau fixed rate pada Kamis (28/2). Kupon tersebut dinilai cukup potensial bagi para investor dan besar kemungkinan instrumen ini akan laku ketika ditawarkan.
Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja menyampaikan, kupon SR-011 masih terbilang menarik di mata investor. Walau lebih rendah ketimbang ST-003 dan SBR-005 yang telah ditawarkan sebelumnya, kupon SR-011 masih lebih tinggi ketimbang yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun.
Sebagai informasi, per Kamis (28/2), yield SUN seri FR0078 yang jadi seri acuan tenor 10 tahun berada di level 7,79%.
Setali tiga uang, kupon SR-011 yang bertenor 3 tahun juga melampaui yield SUN dengan tenor serupa. Yield SUN seri FR0035 yang bertenor 3 tahun pada hari ini tercatat berada di level 7,41%. “Jadi kupon SR-011 bisa bersaing dengan yield surat utang lainnya,” kata Eric ketika dihubungi Kontan.co.id, hari ini.
Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management Rio Ariansyah juga berpendapat, penetapan kupon sebesar 8,05% tidak akan mengurangi daya tarik SR-011 di kalangan investor.
Apalagi, SR-011 cukup terjangkau karena dapat dibeli dengan harga mulai dari Rp 1 juta hingga maksimal Rp 3 miliar. Risiko gagal bayar instrumen ini pun nyaris tak ada karena statusnya sebagai Surat Berharga Negara (SBN).
Akan tetapi, jika investor ritel yang bersangkutan merasa punya dana investasi yang lebih besar, kupon SR-011 belum tentu menarik. Sebab, beberapa obligasi korporasi dengan tenor serupa ada yang menawarkan kupon hingga 9%. “Tapi harga investasi obligasi korporasi belum menjangkau semua investor,” tuturnya.
SR-011 memiliki keunggulan yakni dapat diperdagangkan di pasar sekunder setelah melewati holding period. Dari situ, investor yang menjual kepemilikan instrumen tersebut berpotensi memperoleh capital gain.
Hanya saja, Rio menilai, potensi capital gain yang bisa didapat investor di pasar sekunder untuk saat ini masih tergolong rendah seiring belum turunnya suku bunga acuan. “Belum ada yang bisa memastikan kapan suku bunga acuan turun, apalagi BI masih menunggu arah kebijakan Federal Reserve,” ungkap Rio.
Maka dari itu, ia menganggap untuk saat ini SR-011 cenderung lebih cocok untuk investor ritel yang memiliki orientasi hold to maturity. Investor ritel yang ingin mencari untung di pasar sekunder sebenarnya tetap bisa mengoleksi instrumen ini. Namun, ada baiknya investor yang bersangkutan menjual SR-011 begitu suku bunga acuan benar-benar turun.
Terlepas dari plus-minus yang ada, Eric optimistis SR-011 akan tetap laku ketika ditawarkan kepada investor ritel. Padatnya jadwal penawaran SBN ritel di tahun ini dipercaya tidak akan berdampak signifikan terhadap hasil penjualan SR-011 kelak.
Pemerintah justru bisa mendorong investor ritel baru untuk membeli SR-011 dan SBN ritel lainnya. “Jadwal penawaran SBN ritel yang berdekatan merupakan bagian dari pemerintah yang ingin menaikkan jumlah investor dalam negeri,” terang Eric.
Sebagai catatan, masa penawaran SR-011 akan dimulai pada 1 Maret hingga 21 Maret mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News