Reporter: Wahyu Satriani, Dina Farisah | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Kenaikan yield surat utang negara (SUN) mendorong kupon obligasi korporasi menjadi lebih tinggi. Tengok saja yang terbaru, PT Hutama Karya akan menawarkan surat utang dengan kupon di kisaran 7,7%-9,9%, untuk emisi senilai Rp 750 miliar.
Instrumen utang ini ditawarkan dalam tiga seri. Seri A bertenor tiga tahun berkupon 7,7%-8,7%. Seri B dengan kupon 8,48%-9,48% bertenor lima tahun, sedangkan seri C bertenor tujuh tahun dengan kupon berkisar 8,9%-9,9%.
Hutama Karya memberikan risk premium yang cukup tinggi. Sebagai perbandingan, yield SUN bertenor tiga tahun seri FR030, kemarin (30/5), berada di level 4,77% dan yield seri FR66 bertenor lima tahun di level 5,17%. Sementara, yield seri FR031 bertenor tujuh tahun di level 5,65%.
Direktur Utama Hutama Karya, Tri Widjajanto mengatakan, kupon yang ditawarkan beragam, dengan spread 300 basis poin hingga 400 basis poin di atas SUN. Penetapan kisaran kupon yang cukup mahal ini didasari pertimbangkan faktor global dan domestik.
Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang memunculkan spekulasi inflasi bakal terkerek mengakibatkan yield SUN naik dalam sepekan hingga 25 basis poin. Sehingga, investor pun akan meminta yield tinggi pada obligasi korporasi.
Dengan begitu, risk premium yang diberikan kepada investor juga harus menarik. Selain itu, Hutama Karya bukan perusahaan publik sehingga harus memberikan premi yang lebih tinggi kepada investor.
Safei, Direktur Head of Investment Banking PT Mandiri Sekuritas sebagai salah satu penjamin emisi ini, menambahkan, kondisi pasar SBN yang tertekan memang turut mempengaruhi penetapan kupon. Sehingga kupon yang ditawarkan lebih tinggi ketimbang obligasi korporasi lain yang diterbitkan pada awal tahun lalu.
Untuk modal kerja
Dengan tawaran kupon tersebut, Safei memprediksi, investor yang akan tertarik menggenggam obligasi ini berasal dari perbankan dan manajer investasi lokal. Surat utang ini menggenggam peringkat A dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).
Rencananya, dana hasil penerbitan obligasi sekitar 60% akan Hutama Karya alokasikan untuk modal kerja dalam proyek pembangunan di antaranya pembangunan jalan, jembatan, bandara, pelabuhan, dermaga, gedung dan pembangkit listrik.
Sedangkan, sisanya sekitar 40% akan digunakan untuk pengembangan kegiatan usaha melalui entitas anak atau entitas asosiasi atau penyertaan pada entitas lainnya di kemudian hari.
Masa penawaran awal akan dilakukan pada 30 Mei-13 Juni 2013. Sedangkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan dilakukan 21 Juni 2013. Adapun, masa penawaran pada 24 Juni-25 Juni 2013. Pendistribusian secara elektronik dijadwalkan pada 28 Juni 2013 dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 1 Juli 2013.
Selain Hutama Karya, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) juga menerbitkan surat utang. Namun, BSDE sudah mulai melakukan penawaran obligasi, kemarin. Dari target penjaringan dana sebesar Rp 1,75 triliun, permintaan penawaran umum berkelanjutan (PUB) I tahap II BSDE tahun 2013 itu kelebihan permintaan (oversubscribe) sebanyak 1,5 kali.
Direktur dan Corporate Secretary Bumi Serpong Damai Tbk, Hermawan Wijaya mengatakan, masa penawaran yang semula dijadwalkan berlangsung sampai 31 Mei 2013, hanya dilakukan selama satu hari karena telah kelebihan permintaan .
Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Steven Gunawan menilai, sektor properti masih sangat menarik bagi investor. Seperti diketahui, obligasi bertenor lima tahun ini menawarkan kupon sebesar 8,375%. Obligasi ini telah mengantongi peringkat AA- dari Pefindo.
Penerbitan obligasi BSDE ini merupakan bagian dari PUB I dengan total nilai Rp 3 triliun. Tahun lalu, BSDE telah menerbitkan PUB I tahap I senilai Rp 1 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News