kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tarif listrik tak jadi naik, bagaimana dampaknya terhadap ASII dan SRIL?


Kamis, 05 Maret 2020 / 06:10 WIB
Tarif listrik tak jadi naik, bagaimana dampaknya terhadap ASII dan SRIL?


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan tak ada perubahan tarif listrik pada periode kuartal II-2020. Keputusan ini dibuat dengan mempertimbangkan daya beli masyarakat dan daya saing industri.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan, pada bulan November 2019 hingga Januari 2020, parameter ekonomi makro rata-rata per tiga bulan menunjukkan perubahan.

Baca Juga: ESDM: Penetapan tarif listrik mempertimbangkan sejumlah faktor, termasuk efek corona

Pertama, nilai tukar terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi Rp 13.939,47. Sementara nilai Indonesia crude price (ICP) menjadi US$ 65,27 per barel dengan tingkat inflasi rata-rata 0,29%, dan harga patokan batubara sebesar Rp 783,13 per kilogram (kg).

Agung menjelaskan, Kementerian ESDM meminta PLN agar dapat terus berupaya melakukan langkah-langkah efisiensi operasional. Termasuk untuk memacu penjualan tenaga listrik secara lebih agresif, sehingga Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik dapat diupayakan lebih efisien.

Kabijakan Pemerintah untuk tidak menaikkan tarif listrik ini tentu berdampak baik bagi emiten manufaktur, salah satunya bagi PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL). Joy Citradewi, Corporate Communication SRIL menuturkan, keputusan Pemerintah untuk tidak mengerek tarif listrik bakal sangat membatu perusahaan ini.

Baca Juga: Tarif listrik tak berubah hingga tengah tahun nanti, ini kata pengamat

“Karena melalui asosiasi, kita juga sudah push untuk dapat insentif listrik dari Pemerintah,” katanya pada Kontan, Rabu (4/3).

Ia menambahkan, hal ini lantaran tarif listrik industri dalam negeri lebih tinggi apabila dibandingkan dengan negara lain. Asal tahu saja, kebutuhan listrik SRIL secara keseluruhan mencapai 5% hingga 6% dari total cost of goods sold (COGS) atau harga pokok penjualan.

Sayangnya, dia belum dapat menyebutkan secara detail dampak kebijakan ini terhadap kinerja SRIL pada kuartal pertama 2020. Yang jelas pada tahun ini, produsen tekstil dan garmen tersebut menargetkan pertumbuhan pendapatan antara 6% hingga 8%.

Baca Juga: Tarif listrik tak naik hingga Juni, ini yang dilakukan PLN

Head of Investor Relations PT Astra International Tbk (ASII) Tira Ardianti juga menyampaikan hal serupa. Ia bilang, kebijakan Pemerintah untuk mempertahankan tarif listrik hingga Juni mendatang tentunya baik untuk ASII.

Namun, Tira juga belum dapat memastikan beleid ini dapat mendorong kinerja ASII pada kuartal pertama 2020. Sejauh ini, sambungnya, bisnis ASII masih berjalan normal. “Hanya saja memang konsumsi domestik memasuki tahun ini memang masih lambat. Ini masih menjadi tantangan,” jelasnya, Rabu (4/3).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×