Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menargetkan peningkatan produksi di tahun 2024. Segmen bijih nikel diproyeksikan menjadi bisnis ANTM yang paling menguntungkan.
Analis JP Morgan Sekuritas Benny Kurniawan mengatakan, ANTM mengumumkan panduan untuk produksi dan penjualan nikel, bisnis emas dan aluminium di tahun 2024. Panduan utamanya adalah 18,8 juta wet metric ton (wmt) penjualan bijih nikel dibandingkan 11,7 juta wmt pada tahun 2023.
Sementara itu, target produksi dan penjualan feronikel (FeNi) mengecewakan yaitu dipatok hanya sebesar 22,5 kilo ton (kt), di bawah estimasi JP Morgan sekitar 36 kt. Namun panduan penjualan yang lebih kuat untuk bijih nikel dibandingkan Feronikel ini merupakan pertanda baik untuk profitabilitas ANTM, sering dengan unit keekonomian bijih nikel jauh lebih baik.
“Penjualan bijih nikel adalah salah satu bisnis ANTM yang paling menguntungkan, dan kami memandang panduan ini sebagai hal yang positif,” ungkap Benny dalam riset 5 Maret 2024.
Baca Juga: Tembus Rekor Baru, Simak Daftar Lengkap Harga Emas Antam di Siang Ini (2/4)
Benny menjelaskan, tambahan produksi bijih nikel sebesar 7 juta ton akan menghasilkan pendapatan tambahan bagi ANTM sekitar US$105 juta atau setara Rp1.65 triliun di tahun 2024. Adapun JP Morgan Sekuritas memperkirakan Laba Bersih Setelah Pajak (NPAT) ANTM bakal mencapai Rp 4 triliun di tahun 2024.
Sementara itu, penjualan bijih nikel melemah dalam dua bulan pertama tahun ini dianggap karena masalah perizinan, sehingga panduan yang kuat mungkin tidak tercermin dalam hasil kuartal I-2024. Namun, manajemen ANTM tetap nyaman dengan pedoman setahun penuh karena produksi bijih nikel dapat meningkat hingga mendekati 2-3 juta wmt per bulan pada kuartal II-2024 dan seterusnya.
“Kami yakin kumpulan data ini menunjukkan hasil yang lebih lemah dari perkiraan pada kuartal pertama, namun secara keseluruhan masih lebih baik dari perkiraan untuk proyeksi setahun penuh 2024,” imbuh Benny.
Benny turut menilai bahwa target penjualan emas dan bauksit dapat memberikan tambahan dukungan terhadap pendapatan ANTM. Seperti diketahui, panduan ANTM untuk penjualan emas mencapai 1,2 juta ons troi pada tahun 2024, dibandingkan 840 ribu ons troi pada tahun 2023. Sedangkan, target penjualan Bauksit sebesar 3,1 juta wmt pada 2024, dibandingkan 1,5 juta wmt pada tahun 2023.
Baca Juga: Cuan 21.53%! Harga Emas Antam Hari Ini Bikin Pembeli 1,5 Tahun Lalu Sumringah
Sebagian besar penjualan emas berasal dari bisnis penyulingan, yang merupakan model bisnis dengan biaya tambahan dan bukan model bisnis tersendiri tambang emas. Namun, bisnis ini juga akan mendapat keuntungan dari harga emas yang lebih tinggi dan volume pemurnian yang lebih tinggi.
Sementara itu, menyusul larangan ekspor bijih bauksit tahun lalu, ANTM melihat peluang untuk mendorong penjualan bijih bauksit di pasar domestik. Namun berbeda dengan nikel, dimana Indonesia mempunyai 26% cadangan dunia, hanya 6% cadangan bauksit global ada di Indonesia.
“Sehingga pemain aluminium mungkin tidak memiliki tingkat daya tawar dan margin yang sama seperti nikel,” ujar Benny.
Benny mencermati, raihan pendapatan pada kuartal I-2024 bisa menjadi peluang pembelian. Mengingat penjualan bijih nikel yang lebih lambat sejauh ini dan selisih (spread) yang lebih rendah pada FeNi, maka kemungkinan besar akan menghasilkan pendapatan loyo pada triwulan pertama tahun ini.
Oleh karena itu, JP Morgan menyarankan investor untuk menggunakan kesempatan koreksi harga untuk meningkatkan kepemilikan saham di ANTM. Sebab, performa ANTM diyakini akan mampu mengungguli pesaingnya pada tahun 2024.
ANTM memiliki salah satu cadangan bijih nikel dan sumber daya terbesar di Indonesia, serta mempunyai potensi untuk meningkatkan penjualan bijih, setelah proyek dengan perusahaan baterai asal China yaitu Contemporary Emperex Technology Co. (CATL) terwujud dalam tiga hingga empat tahun ke depan.
“Kami yakin bijih nikel akan menjadi komoditas penting tahun ini dan kita mungkin akan melihat lebih banyak lagi komoditas tersebut merupakan unit ekonomi yang menguntungkan dalam jangka panjang dibandingkan dengan produk perantara seperti Nickel Pig Iron (NPI) dan FeNI,” tutur Benny.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan percaya bahwa volume penjualan bijih nikel ANTM akan tetap kuat karena permintaan bijih akan tetap utuh. Di sisi lain, pasokan mungkin akan semakin terbatas seiring pengawasan pertambangan yang lebih ketat dari pemerintah.
Dengan latar belakang ini, BRI Danareksa Sekuritas menaikkan asumsi volume penjualan bijih nikel ANTM di tahun 2024 sebesar 36,4% menjadi 15 juta ton. Hal itu karena melihat kapasitas produksinya cukup untuk memanfaatkan pertumbuhan peluang permintaan.
Selaras dengan proyeksi penjualan nikel tersebut, laba bersih ANTM dipatok lebih tinggi menjadi Rp 3,63 triliun dari perkiraan sebelumnya sekitar Rp 2,95 triliun. Sementara pendapatan ANTM diharapkan mencapai Rp 43,80 triliun di tahun 2024.
“Segmen bijih nikel ANTM diperkirakan akan mencatat pertumbuhan volume yang kuat di tahun 2024,” ungkap Hasan dalam riset 16 Februari 2024.
Hasan meyakini segmen bijih nikel ANTM akan menjadi bantalan terhadap harga FeNi yang rendah. Namun perlu diperhatikan risiko utama bagi ANTM adalah harga nikel yang lebih rendah dan penurunan nilai lebih lanjut atas aset nikel karena rendahnya harga nikel.
Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan mengamati, harga mineral di tahun ini relatif bervariasi. Misalnya harga emas yang mencapai level tertinggi sepanjang masa alias all time high (ATH) di atas US$2.200 per ons troi, sedangkan nikel terpantau harganya melandai dari posisi tahun lalu.
Lonjakan harga logam mulia seiring adanya ekspektasi penurunan tingkat suku bunga Federal Reserve (The Fed) di tahun ini dengan target sebanyak 3 kali pemangkasan. Selain itu, masih tingginya tensi geopolitik di Timur Tengah juga menjadi katalis positif bagi emas karena sebagai aset lindung nilai (safe haven asset).
Sementara itu, komoditas nikel yang pusatnya dari Indonesia tengah mengalami kelebihan pasokan (oversupply). Hal itu karena peningkatan produksi nikel, ditambah lesunya permintaan nikel dari China diekspektasikan agak melandai seiring target pertumbuhan ekonomi hanya 5% saja.
“Dengan asumsi harga nikel tahun ini yang lebih rendah dibandingkan tahun lalu, maka menjadikan performa keuangan emiten tambang mineral seperti ANTM relatif melandai tahun ini. Namun, adanya harapan penurunan tingkat suku bunga acuan dari The Fed dan beberapa bank sentral lainnya menjadi katalis positif bagi harga mineral,” jelas Felix kepada Kontan.co.id, belum lama ini.
Oleh karena itu, Felix masih merekomendasikan Beli untuk ANTM dengan target harga sebesar Rp 2.200 per saham. Hasan juga mempertahankan rekomendasi Beli untuk ANTM dengan target harga sebesar 2.100 per saham.
Benny menyematkan peringkat overweight untuk ANTM dengan target harga sebesar Rp1.980 per saham. Selasa (2/4), saham ANTM ditutup pada posisi Rp 1.640 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News