Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) mencatatkan produksi crude palm oil (CPO) di semester I 2024 sekitar 570.000 ton untuk anak perusahaan dan perusahaan asosisasi.
Corporate Secretary TAPG, Joni Tjeng mengatakan, produksi tandan buah segar (TBS) di periode yang sama tercatat sekitar 1,8 juta ton untuk anak perusahaan dan perusahaan asosiasi.
“Produksi diperkirakan akan meningkat di akhir kuartal III 2024 dan akan terus meningkat di kuartal IV seiring siklus produksi dan iklim yang mendukung,” ujarnya kepada Kontan, Senin (30/9).
Per hari ini, TAPG sudah selesai melakukan replanting di Area Jambi. Perseroan akan kembali melakukan replanting pada tahun 2025 untuk wilayah Kalimantan Timur.
“Tahun ini TAPG menganggarkan belanja modal sebesar Rp 600 miliar dengan mayoritas penggunaan masih untuk infrastruktur,” paparnya.
Melansir Trading Economics, Senin (30/9), harga CPO sudah naik 3,37% dalam sebulan terakhir ke MYR 4.052 per ton.
Baca Juga: Triputra Agro (TAPG) Catat Produksi TBS Sekitar 1,8 Juta Ton Hingga Agustus 2024
Joni menuturkan, harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) TAPG hingga bulan Agustus masih berada di atas Rp 12.000 per kilogram (kg).
Perseroan melihat peningkatan harga lebih dikarenakan produksi CPO nasional yang berada di bawah estimasi awal.
“Peningkatan harga ini diharapkan dapat menjaga performa perseroan di Tengah produksi yang belum optimal di kuartal III 2024,” tuturnya.
Fokus bisnis TAPG di tahun 2024 masih pada dua hal utama. Yaitu, optimalisasi hasil produksi melalui program pemupukan dan optimalisasi infrastruktur pendukung untuk memaksimalkan produksi dan delivery dalam segala kondisi iklim.
“Tantangan utama pada sisa tahun 2024 adalah curah hujan yang diperkirakan akan meningkat signifikan akibat La Nina yang akan menerpa Indonesia dan Malaysia,” ungkapnya.
Marvin mengatakan, pendapatan TAPG di semester I 2024 naik 8,09% secara tahunan alias year on year (yoy) ke Rp 4,08 triliun. Hal ini didorong oleh sentimen peningkatan harga CPO yang terjadi di tengah penurunan produksi.
“Ini menunjukan tingkat resiliensi dan operasional yang tinggi,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (30/9).
Dari bulan Januari hingga Agustus 2024, harga CPO sudah naik 12% akibat keterbatasan suplai dan peningkatan permintaan.
“Minyak sawit biasanya digunakan untuk produk konsumsi, skincare dan kosmetik. Ketiga sektor ini tercatat mengalami peningkatan permintaan,” ungkapnya.
Baca Juga: Triputra Agro (TAPG) Ubah Plafon Pinjaman Anak Usaha
Ke depan, industri CPO domestik diproyeksikan masih bisa meningkat. Faktor pendorongnya adalah rencana pemerintah menurunkan pajak ekspor yang bisa meningkatkan aktivitas tersebut.
Namun, TAPG sendiri saat ini masih memiliki fokus bisnis penjualan ke pasar domestik.
“Sehingga, kebijakan tersebut diproyeksikan baru akan mendorong pertumbuhan kinerja TAPG dan industri sawit Indonesia secara keseluruhan mulai tahun 2025,”
Marvin pun merekomendasikan beli untuk TAPG dengan target harga Rp 1.000 per saham.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo melihat, pergerakan saham TAPG ada di level support Rp 800 per saham dan resistance Rp 900 per saham. William merekomendasikan wait and see untuk TAPG dengan target harga akhir tahun Rp 950 per saham.
Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto melihat, pergerakan saham TAPG ada di level support Rp 815 per saham dan resistance Rp 900 per saham. William pun merekomendasikan beli untuk TAPG dengan target harga Rp 900 per saham.
Baca Juga: Anak Usaha Triputra Agro (TAPG) Beri Fasilitas Pinjaman Hingga Rp 1,2 Triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News