kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Tantangan bertambah, layakkah saham INTP dikoleksi


Selasa, 04 April 2017 / 22:35 WIB
Tantangan bertambah, layakkah saham INTP dikoleksi


Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Industri semen tahun 2017 masih dihantui oleh oversupply semen yang mencapai 37 juta ton. Meskipun demikian, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) optimistis bakal mendapatkan kenaikan penjualan semen 3% – 5% sepanjang tahun ini.

Oversupply tahun ini membengkak dibandingkan tahun 2016 yang kelebihan pasokannya mencapai 27 juta ton. Kelebihan pasokan ini terjadi karena permintaan dari industri properti masih belum pulih dan bertambahnya pemain baru di Indonesia.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia, Arandi Ariantara menyampaikan ditengah kondisi masih terjadi oversupplay INTP menargetkan pertumbuhan volume penjualan domestik tumbuh 3%-5% menjadi sebanyak 17,1 juta ton. Yang akan menjadi pendorong pertumbuhannya yaitu proyek pemerintah, proyek komersil dan perumahan.

“Di sisi lain untuk malawan pemain baru di semen lapis kedua, perseroan meluncurkan merek Rajawali. Diharapkan produk ini dapat mempertahankan pangsa pasar perseroan,” ujar Arandi dalam risetnya, Senin (20/3).

Kenaikan penjualan perusahaan berkode saham INTP akan didorong oleh proyek pemerintah, proyek komersil dan perumahan seiring dengan realisasi program pengampunan pajak dan pelonggaran rasio loan to value (LTV).

Namun menurutnya, pasar properti diperkirakan masih stagnan hanya akan tumbuh 4%. Sehingga INTP akan mendapat tantangan untuk memenuhi target penjualan. “Apalagi pasar properti dan perumahan menyumbang 69% total penjualan semen nasional,” ungkapnya.

Arandi juga bilang tantangan emiten semen tidak datang hanya dari industri semen saja, menguatnya harga batubara juga akan menaikan biaya produksi. Sebab batubara dan listrik mengambil porsi terbesar biaya produksi semen sebesar 42% dan menurunkan marjin laba kotor menjadi 40%. “Kami merekomendasikan merekomendasikan SELL dengan target harga 13.500,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×