Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2021 diprediksi menjadi tahun keemasan bagi aset berisiko. Pemulihan ekonomi global akan menjadi motor utama yang akan mendorong kinerja aset berisiko seperti saham. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, IHSG bisa menyentuh level all time high-nya, yakni 7.000 pada akhir tahun nanti.
Chief Economist TanamDuit Ferry Latuhihin optimistis saat ini kondisi pemulihan ekonomi sudah mulai berjalan sesuai harapan. Ia meyakini, badai pasti berlalu dan tercermin dari ekonomi di berbagai negara yang perlahan namun pasti mulai pulih. Aktivitas ekonomi pun sudah mulai bergerak kembali seiring kebijakan lockdown semakin longgar
Kendati demikian, Ferry tak menampik, saat ini dalam jangka pendek volatilitas memang sedang meningkat. Menurutnya, ada dua hal yang memicu volatilitas kali ini.
“Pertama, kenaikan yield US Treasury dalam beberapa waktu terakhir memang membuat market sedikit khawatir. Ditambah lagi, harga minyak dunia sedang dalam tren bergerak menuju US$ 70 per barel, sementara OPEC dan Amerika Serikat terlihat belum akan memperbanyak suplai,” kata Ferry dalam paparan market outlook, Senin (8/3).
Kenaikan harga minyak memang berpotensi menimbulkan kekhawatiran mengingat bisa memicu kenaikan biaya produksi, yang pada akhirnya dapat ikut mengerek kenaikan harga barang. Jika benar-benar terjadi, maka kenaikan angka inflasi pun bisa terjadi.
Walau demikian, Ferry menegaskan investor tidak perlu merasa khawatir dengan volatilitas pasar saat ini. Menurutnya, dalam jangka pendek memang ada kecenderungan pelaku pasar bereaksi secara berlebihan. Namun, bagi investor dengan time horizon jangka panjang, kondisi saat ini tidak akan berlangsung secara berkelanjutan.
Baca Juga: IHSG turun 0,16% ke 6.248 di akhir perdagangan Senin (8/3)
“Pemulihan ekonomi AS dan berbagai kebijakan stimulus fiskal dan moneternya belum akan memicu kenaikan inflasi pada tahun ini, kemungkinan baru akan terjadi pada akhir tahun 2022 mendatang. Jadi potensi capital outflow memang ada, tapi potensi untuk capital inflow juga masih terbuka,” imbuh Ferry.
Apalagi, dengan rupiah yang relatif lebih stabil pada tahun ini dibanding tahun lalu. Ferry menilai hal tersebut akan mampu menarik minat investor asing, ditambah lagi dengan yield Indonesia yang terhitung masih menarik saat ini.
Senada, Chief Executive Officer Sucor Asset Management Jemmy Paul Wawointana juga berpandangan serupa. Menurutnya, bottoming pertumbuhan ekonomi sudah terjadi pada tahun lalu. Sementara saat ini sudah masuk ke siklus pemulihan.
“Investasi kan memang untuk jangka panjang, jadi jangan karena ada kegaduhan di pasar , apalagi isunya relatif kecil, lalu buru-buru cut loss. Ketika market rebound, justru akan terlambat untuk buyback. Jadi harus ingat, investasi itu berfokus sesuai dengan time horizon dan tujuan investasinya,” Jemmny menambahkan.
Jemmy cukup optimistis pasar saham masih akan memiliki outlook yang positif. Pandangan bullish-nya, IHSG akan berada di kisaran 6.800 - 7.000.
Selanjutnya: Tak bertenaga, rupiah ditutup melemah ke Rp 14.360 per dolar AS pada hari ini (8/3)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News