Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Edy Can
JAKARTA. PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) berencana menambah kepemilikan saham di dua anak usahanya, yaitu PT Harita Prima Abadi Mineral dan PT Karya Utama Tambangjaya. Untuk menambah kepemilikan di perusahaan tambang bauksit tersebut, CITA butuh dana minimal Rp 100 miliar.
Sekretaris Perusahaan CITA Yusak Lumba Pardede mengatakan, niat menambah saham itu karena CITA ingin menekuni bisnis pertambangan. "Kami ingin meningkatkan saham hingga 99,9%," ungkap Yusak, Kamis (1/7). Saat ini CITA hanya memiliki 75% saham di masing-masing anak usahanya itu.
CITA sadar bahwa kebutuhan dana tersebut tidak bisa ditutupi hanya dengan mengandalkan kas internal. Sebab kas perusahaan hingga akhir tahun 2009 jumlahnya hanya Rp 27,88 miliar.
Oleh sebab itu, CITA mempertimbangkan sejumlah opsi pendanaan. "Bisa saja melalui penerbitan saham baru tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)," ujar dia.
Melalui mekanisme penerbitan saham baru itu, CITA bakal mengeluarkan maksimal 10% saham baru. Tapi, Yusak mengatakan, aksi korporasi itu belum bisa digelar tahun ini. Pasalnya, mereka masih berkonsentrasi untuk menggenjot produksi bauksit hingga di atas 600.000 metrik ton perbulan.
Dari dua anak usahanya itu, CITA memiliki Ijin Usaha Pertambangan (IUP) sebanyak 293.080 hektare di Kalimantan Barat. Dari jumlah tersebut, baru 112.000 ha yang dieksplorasi. Sebanyak 62.190 ha milik PT Harita Prima Abadi Mineral dan seluas 49.810 ha milik PT Karya Utama Tambangjaya.
Saat ini, CITA memiliki cadangan bauksit terukur yang cukup besar. Dari anak usahanya, PT Harita Prima Abadi Mineral, total cadangan bauksitnya mencapai 30,07 juta metrik ton.
Sedangkan cadangan dari anak usahanya yang baru diakuisisi awal tahun lalu, PT Karya Utama Tambangjaya, mencapai 66.08 juta ton.
CITA mengakuisisi PT Kaya Utama Tambangjaya dengan dana Rp 224,7 miliar pada April lalu. CITA memperoleh dana untuk akuisisi ini dari hasil penerbitan saham baru alias rights issue. Saat itu mereka menerbitkan sebanyak 2,25 miliar saham baru.
Dalam aksi korporasi itu, CITA hanya mematok harga penawaran Rp 100 per saham. Padahal, harga saham CITA kala itu berada pada kisaran Rp 750 per saham.
Tahun 2010, CITA menargetkan angka penjualannya bisa mencapai Rp 1 triliun atau naik hampir 100% dari perolehan tahun lalu. Target CITA cukup masuk akal. Pasalnya, dari anak usahanya yang baru itu, mereka mendapat kontrak penjualan bauksit ke China senilai US$ 840 juta. Kontrak penjualan yang didapat 2010 ini berlaku selama 15 tahun.
CITA juga memutuskan untuk membagikan dividen Rp 20,77 per saham. Total dividen yang akan dibagikan adalah Rp 70 miliar atau 171,9% dari laba bersih 2009 yang mencapai Rp 41,3 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News