kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tahun politik akan memoles prospek emiten media


Sabtu, 09 Desember 2017 / 11:45 WIB
Tahun politik akan memoles prospek emiten media


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan, saham emiten media menyedot perhatian pasar. Sejumlah saham media kompak menanjak selama perdagangan sepanjang pekan terakhir.

Saham PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) naik paling tinggi. Awal pekan ini, SCMA dibuka di Rp 2.210 per saham. Pada penutupan Jumat (8/12), harganya sudah naik 12% ke level Rp 2.450 per saham. Saham Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) juga naik 1,5% selama sepekan terakhir ke Rp 1.340 per saham.

Pasar menilai, prospek emiten media pada 2018 bakal menarik. Soalnya, tahun depan memasuki tahun politik sehingga media bakal kecipratan pemasukan dari iklan kampanye politik.

Secara historis, pendapatan iklan emiten media pada 2013 cukup moncer, dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan iklan dua digit. Tahun 2013 merupakan tahun sebelum Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden 2014.

Pada medio 2016, pendapatan iklan emiten media tak lagi kencang, rata-rata satu digit. Tahun ini, tak ada perhelatan politik. Banyak faktor yang menentukan naik turunnya pemasukan iklan. "Tapi, iklan kampanye jadi salah satu yang memengaruhi," ujar Kepala Riset OSO Sekuritas Riska Afriani belum lama ini.

Gambarannya seperti proyek Meikarta milik Grup Lippo. Mengacu data Nielsen dari sejumlah pemberitaan, Meikarta sejak awal tahun hingga Oktober 2017 menjadi pengiklan di berbagai media, dengan nilai paling tinggi, Rp 1,2 triliun. Belanja iklan satu partai mungkin tak sebesar itu. "Tapi, kandidat atau partainya tahun depan, kan, juga tak hanya satu," kata Riska.

Sehingga, nilai belanja iklan kampanye akan terakumulasi dari sejumlah partai. Duit inilah yang kelak masuk ke kantong emiten media, sesuai porsi pangsa pemirsa.

Tapi, ada satu hal yang perlu digarisbawahi. Era saat ini berbeda dengan 2013. Kampanye melalui media sosial kini jauh lebih aktif. Sehingga, emiten media harus berlomba memenangkan hati pemirsa demi menjaga pangsa. Pemasukan iklan segaris lurus dengan jumlah pemirsa.

Bicara pangsa pasar, SCMA paling menarik. "Acara seperti pencarian bakat di Indosiar juga punya biaya lebih murah, sehingga mendorong efisiensi SCMA," ungkap Riska.

SCMA masih jadi penguasa pangsa pemirsa tertinggi kedua, tapi paling stabil hingga September lalu, yakni 27%. "Angkanya akan bertambah mulai kuartal IV karena tingginya rangking serial drama Siapa Takut Jatuh Cinta dan Anak Langit berdasar survei Nielsen," tulis Adeline Solaiman, Analis Danareksa Sekuritas, di riset 6 Desember.

Sehingga, pangsa pemirsa SCMA tahun depan diperkirakan naik menjadi 28%. Ini akan bermanfaat untuk menangkap iklan kampanye dan dari sektor fast moving consumer goods (FMCG). "Kami prediksi spending iklan dari sektor ini lebih besar tahun depan," sebut Adeline.

SCMA berpotensi meraih pendapatan konsolidasi Rp 4,78 triliun di 2018. Adeline merekomendasikan buy saham SCMA, dengan target Rp 2.800 per saham. Rekomendasi Riska juga sama, dengan harga wajar Rp 3.400. Harga SCMA kemarin Rp 2.450.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×