Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatatkan produksi nikel sebesar 81.177 metrik ton sepanjang tahun 2015, melampaui target sebesar 80.000 metrik ton. Jumlah itu naik 3% dibandingkan volume produksi tahun 2014 yang hanya mencapai 78.726 metrik ton.
"Produksi tahunan ini menjadi yang tertinggi dalam sejarahnya di tahun 2015," ujar Nico Kanter, Direktur Utama INCO, Kamis (18/2).
Jika dilihat secara kuartalan, volume produksi nikel dalam matte INCO pada Kuartal IV 2015 mencapai 22.302 metrik ton atau lebih tinggi 8% year on year (yoy). Namun, jika dibandingkan Kuartal III 2015, volume produksi Kuartal IV hanya naik 1%.
Meski ada perbaikan dalam hal produksi, target INCO masih konservatif. Nico bilang, perseroan hanya membidik produksi tahunan stagnan sebesar 80.000 ton nikel pada tahun ini.
INCO juga masih berhemat. Pada tahun lalu, perseroan hanya menganggarkan belanja modal sebesar US$ 110 juta, yang diperkirakan tak terserap maksimal. INCO akan mengalihkan belanja modal tahun lalu untuk digunakan untuk ekspansi dalam jangka panjang.
Salah satu cara efisiensi yang dilakukan INCO adalah dengan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar per unit produksi dengan menekan biaya operasional. INCO juga akan mendapat keuntungan dari rendahnya harga Minyak Bakar Bersulfur Tinggi (HSFO), minyak diesel, dan batubara.
Ekspansi perseroan pun sempat tertunda karena belum mendapat beberapa izin dan lisensi yang diperlukan untuk ekspansi. Perseroan berencana membangun proyek pemurnian (smelter) bijih nikel dengan dana investasi mencapai US$ 4 miliar.
Sebesar US$ 2 miliar bakal digunakan untuk investasi smelter di Bahadopi, Sulawesi Tenggara dan Sorowako, Sulawesi Selatan. Kemudian, US$ 2 miliar untuk proyek smelter greenfield di Pomala, Sulawesi Tenggara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News