kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Tahun Lalu Perkasa, Saham Sektor Energi Loyo pada Awal Tahun


Rabu, 11 Januari 2023 / 20:47 WIB
Tahun Lalu Perkasa, Saham Sektor Energi Loyo pada Awal Tahun
ILUSTRASI. Petugas mengoperasikan 'stekker recliming' untuk memindahkan batubara ke 'conveyor belt' di kawasan tambang batubara airlaya milik PT Bukit Asam Tbk di Tanjung Enim, Muara Enim, Sumatera Selatan, Selasa (16/11/2021). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/hp.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah perkasa tahun lalu, indeks saham sektor energi (IDX Energy) malah kurang berenergi di awal tahun ini. Mengutip data Bursa Efek Indonesia, per Rabu (11/1) sektor energi melemah 7,37% sejak awal tahun alias year-to-date (YtD). Ini membuat sektor energi menjadi indeks sektoral dengan pelemahan tertinggi di Bursa

Memang, sejumlah saham di sektor ini sudah tertekan cukup tinggi. Misalkan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang sudah turun 17,40% secara YtD, saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA)  turun 7,86%, dan saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) turun 7,56%.

Di sektor minyak dan gas (migas), saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) turun 13,07%, dan  saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) melemah 10,00% sejak awal tahun.

Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis Tambolang menilai, meski cenderung terkoreksi, secara teknikal mayoritas saham energi sudah berada di oversold area sehingga terdapat potensi rebound hingga minor bullish reversal pada sektor energi.

Baca Juga: Rekomendasi Saham CPIN yang Diliputi Banyak Sentimen Positif

Selain profit taking, turunnya saham-saham energi dinilai Alrich akibat pelonggaran larangan impor batubara dari Australia setelah negara tersebut memberlakukan larangan impor lebih dari dua tahun. 

“Hal ini menjadi sentimen negatif bagi sektor energi, terutama produsen batubara karena supply untuk China, salah satu konsumen terbesar batubara di dunia bertambah,” kata Alrich kepada Kontan.co.id, Rabu (11/1).

Di sisi lain, peningkatan kuota ekspor minyak China mengindikasikan lemahnya permintaan domestik di negeri Tirai Bambu tersebut.

Kondisi commodities super cycle diperkirakan masih berlangsung sampai 2024. Salah satu sentimen datang dari proyeksi Pemerintah Amerika Serikat (AS) bahwa konsumsi minyak akan mencatatkan rekor baru di 2024.

Hal ini sejalan dengan proyeksi peningkatan kebutuhan batubara India sebesar 8% pada pada periode Maret 2023-Maret 2024. Ini dapat menjadi katalis positif bagi IDX Energy.

Sehingga, menurut Alrich, harga komoditas energi masih  cenderung di level yang lebih tinggi pada tahun ini, Walaupun memang kenaikan harga komoditas tidak akan seagresif tahun lalu. 

Baca Juga: Kinerja Surya Esa Perkasa (ESSA) Didukung Harga Gas Amonia, Cek Rekomendasi Sahamnya

“Sehingga potensi rebound untuk saham di sektor ini dapat terjadi,” pungkas dia.

Secara fundamental, Alrich menilai emiten sektor energi yang dapat diperhatikan adalah ADRO, ITMG, PTBA, PT Medco EnergI Internasional Tbk (MEDC), PT Harum Energy Tbk (HRUM), dan  PT Indika Energy Tbk (INDY). 

Saham-saham tersebut mencatatkan kinerja rasio keuangan yang positif dibandingkan saham-saham di sektor energi pada sembilan bulan pertama 2022. Saham-saham ini juga punya price to earnings (PER) yang yang relatif rendah dibandingkan PER sektor energi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×