Reporter: Veby Mega | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Krisis global mengakibatkan sejumlah perusahaan berhati-hati dalam berekspansi. Salah satunya adalah PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN) yang mengurangi aktivitas usaha hingga 15 % pada tahun ini.
Wakil Presiden Clipan Finance Indonesia Dwi Janto mengakui, CFIN baru agresif melancarkan usaha terhitung semester kedua 2009. Ujungnya, pendapatan CFIN dari pembiayaan konsumen turun 13,2% dari Rp 57,6 di kuartal ketiga 2008 menjadi Rp 50 miliar di kuartal ketiga tahun ini.
Tak hanya itu, keputusan menahan ekspansi ini mengakibatkan pendapatan lain-lain CFIN berkurang 14,3 % menjadi Rp 40,4 miliar. “Pengurangan aktivitas usaha ini bukan karena kami sedang kesulitan keuangan. Permintaan pasar tetap besar, tapi kami memilih berhati-hati karena risiko usaha," kata dia.
Untungnya, turunnya pendapatan itu tak mengakibatkan laba bersih CFIN anjlok. Buktinya, CFIN berhasil mencatatkan laba bersih menjadi Rp 116,8 miliar hingga sembilan bulan pertama 2009. Dus, laba bersih CFIN naik 12,8% ketimbang torehan tahun lalu, Rp 103,5 miliar.
Ya, berkurangnya aktivitas usaha mengakibatkan biaya usaha CFIN turun drastis. Biaya bunga dan pembayaran lain berkurang 44 % menjadi Rp 29,1 miliar dari Rp 51,9 miliar. Sementara anjak piutang naik dari Rp 14,5 miliar menjadi Rp 37,8 miliar. Selain itu, CFIN juga menjual asetnya ke induk perusahaan PT Panin Bank seharga Rp 300 miliar.
Selain itu, aksi tutup lubang tersebut berhasil mengimbangi lonjakan biaya lain-lain hingga 49% dari Rp 29,1 miliar di kuartal III 2008 menjadi Rp 43,3 miliar pada kuartal ketiga tahun ini. Dwi mengatakan, lonjakan itu akibat pendirian tiga cabang baru CFIN. "Cabang-cabang itu merupakan persiapan ekspansi usaha kami pada tahun depan," kata Dwi. Ketiga cabang itu menelan biaya masing-masing Rp 500 juta.
Membaiknya perekonomian global dan harga komoditas pun memberikan harapan baru bagi CFIN. Mereka menargetkan laba bersih Rp 134,32 miliar hingga akhir 2009, atau naik tipis 18% ketimbang laba bersih 2008, Rp 113 miliar.
Meski begitu, CFIN akan memfokuskan 85 % pembiayaan baru (new landing) pada pengembangan sewa mobil bekas atau konsumen. Sementara, sisanya untuk pengembangan sewa alat industri berat komoditas dan pertambangan. Maklum, biaya pemeliharaan alat-alat berat cukup mahal, yaitu Rp 1 miliar –Rp 2 miliar.
Sekadar catatan, pembiayaan baru CFIN pada tahun ini mencapai Rp 1 triliun. Mereka menargetkan penambahan kredit baru hingga Rp 2 triliun di 2010 mendatang. Meski tak merinci berapa anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex), CFIN akan mengandalkan kas internal dan pinjaman bank untuk membiayai ekspansi tahun depan. “Kami belum berencana menerbitkan obligasi karena masih mencermati peraturan pajak baru akan kupon bunga 20%,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News