Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para investor ritel silakan bersiap-siap. Kementerian Keuangan akan menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) ritel dengan target Rp 100 triliun pada tahun depan. Target tersebut naik dari 2021 yang sebanyak Rp 97,2 triliun.
“Untuk di 2022, targetnya kami tingkatkan jadi Rp 100 triliun, tetapi ini akan lebih fleksibel dan akan dijaga,” tutur Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (Dirjen PPR) Luky Alfirman, dalam Media Briefing: Strategi Pembiayaan APBN Tahun 2022, Senin (13/12).
Dia mengatakan, pihaknya akan terus melihat kondisi market dan respon dari investor. Target SBN ritel tersebut akan terus fleksibel dengan melihat faktor minat masyarakat, kondisi market, kebutuhan kas.
Adapun, untuk instrumen SBN ritel yang akan diterbitkan masih sama dengan 2021. yang terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) ritel. Untuk SUN ritel akan terdiri dari dua instrumen yaitu ORI yang merupakan instrument tradable, serta SBR yang merupakan instrumen non-tradable.
Sementara untuk instrumen ritel yang berbasis syariah, pemerintah akan menerbitkan Sukuk ritel (tradable), sukuk tabungan (non-tradable) serta Sukuk Wakaf-Linked.
Baca Juga: Pemerintah akan lakukan optimalisasi SBN ritel pada tahun depan
Luky mengatakan, di 2022 nanti pemerintah akan menerbitkan 6 SBN ritel yaitu Obligasi Ritel (ORI) sebanyak 2 kali, Sukuk Ritel (SR) 2 kali, Saving Bond Ritel (SBR), dan juga Sukuk Tabungan (ST) seri ST009, dan 1 Sukuk Wakaf Ritel (SWR).
Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan DJPPR Kementerian Keuangan Riko Amir menambahkan, nominal dari obligasi ritel tersebut akan masih sama seperti di 2021. “Jenis-jenis obligasi ritelnya masih sama seperti di 2021, begitu pula pada kisaran nominalnya,” kata Riko.
Tahun ini, pemerintah melakukan beberapa kali penerbitan SBN ritel. Pertama, ORI019 pada 22 Februari 2021 dengan kupon 5,57% dan nominal Rp 26 triliun, dengan jumlah investor mencapai 48.731. ORI019 ini telah memenuh target dari sebelum masa penawaran berakhir.
Kedua, SR014 yang diluncurkan pada 22 Maret 2021 dengan nominal Rp 16,71 triliun. Riko mengatakan, pada sukuk ritel ini telah menjangkau 35.626 investor di 34 provinsi juga penerbitan melebihi permintaan 1,67 kali.
Ketiga, SWR002 yang diluncurkan pada 9 Juni 2021 dengan nominal Rp 24,14 miliar dan mayoritas investor yaiu individu sebesar 0,05%. Adapun kupon penerbitannya dengan bookbuilding melalui 6 Midis yaitu 5,57% p.a.
Keempat, Savings Bound Ritel seri SBR10 yang diluncurkan pada 19 Juli 2021 dengan nominal Rp 7,5 triliun. Jumlah investornya juga mencapai 23.337 dengan 38,9% investor baru atau 9.068 orang, dan ini telah memenuh target dari sebelum masa penawaran berakhir.
Kelima, SR015 yang diluncurkan pada 22 September 2021 dengan nominal Rp 27 triliun. Sukuk ritel seri ini merupakan penjualan terbesar sejak menggunakan system e-SBN, dengan jumlah investor sebanyak 49.027 alias terbanyak sepanjang penerbitan SBN ritel.
Keenam, ORI020 yang diluncurkan pada 25 Oktober 2021 dengan nominal Rp 15 triliun. Jangkauan dari obligasi ini mencakup 30.053 investor dengan 11.631 atau 38,7% investor baru. Selain itum terdapat batas maksimal pembelian yang diturunkan yaitu dari Rp 3 miliar menjadi Rp 2 miliar.
Ketujuh, untuk green sukuk ritel (domestik) yaitu sukuk tabungan seri RT008 yang diterbitkan pada November 2021 dengan nominal penjualan Rp 5 triliun. Seri ini juga telah menjangkau 14.337 orang investor dengan kupon penerbitan 4,80% p.a.
Direktur Utang Surat Utang Negara DJPPR Kementerian Keuangan Deni Ridwan mengatakan, waktu penerbitan dari ketujuh instrumen SBN ritel di 2022, tentunya akan dibuat bergantian antara yang konvensional dan syariah sepanjang tahun. “Akan dimulai di Januari dengan produk yang konvensional terlebih dahulu,” jelas Deni.
Deni berharap, penerbitan berbagai jenis instrumen SBN ritel ini mempermudah masyarakat dalam memilih instrumen investasi yang aman sesuai kebutuhan mereka.
Sebagai informasi, hasil penerbitan SBN ritel di 2021 masih didominasi oleh investor dari generasi milenial (1980-2000) sebanyak 50.917 investor atau 39,1%. Sisanya oleh generasi tradisionalis (1928-1945) sebanyak 2%, baby boomers (1946-1964) 24,2%, dan generasi Z (>2000) 1,3%.
Baca Juga: Pemerintah akan tarik utang Rp 973,6 triliun pada tahun 2022, porsi valas minim
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News