Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indika Energy Tbk (INDY) mengejar target pada tahun 2025 mendatang dimana porsi pendapatan sebesar 50% bakal bersumber dari bisnis non batubara.
Direktur Utama INDY Arsjad Rasjid mengungkapkan upaya diversifikasi bisnis ini dilakukan sebagai upaya transisi energi dari batubara ke sektor energi yang lebih bersih. "Kami sudah berkomitmen US$ 500 juta untuk investasi ke depan sampai 5 tahun sambil kita melihat bagaimana perkembangan yang ada," kata Arsjad dalam diskusi virtual, Senin (12/4)
Arsjad menambahkan salah satu fokus diversifikasi yakni masuk pada sektor bisnis Energi Baru Terbarukan (EBT) dan juga investasi kendaraan listrik. Sebagai langkah awal INDY bersama Fourth Partner Energy membentuk perusahaan patungan PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya.
Nantinya ada sejumlah tujuan serta kegiatan usaha perusahaan ini antara lain; Pertama, menyediakan jasa konsultasi terkait instalasi proyek tenaga surya. Kedua, menyediakan konstruksi bangunan proyek tenaga surya.
Baca Juga: Indika Energy (INDY) kembangkan PLTS di wilayah Kideco Jaya Agung
Ketiga, operation and maintenance instalasi listrik. Keempat, penyewaan pembangkit listrik atau instalasi listrik tenaga surya serta kegiatan independent power producer (IPP) pembangkit listrik tenaga surya. Selain itu, INDY juga telah membentuk anak usaha baru yakni PT Electra Mobilitas Indonesia (EMI).
Mengutip pemberitaan Kontan sebelumnya, Head of Corporate Communication Indika Energy Ricky Fernando mengatakan, Electra Mobilitas Indonesia akan berfokus pada pengembangan dan penjualan kendaraan listrik roda dua. Saat ini, Electra Mobilitas Indonesia masih berada dalam tahap eksplorasi pengembangan bisnis dan investasi ke depannya.
Adapun pendirian Electra Mobilitas Indonesia merupakan salah satu bentuk diversifikasi usaha Indika Energy di sektor nonbatubara. ”Kami berharap di masa mendatang, Electra Mobilitas Indonesia dapat berkontribusi untuk merealisasikan target pemerintah terkait pengembangan industri motor listrik nasional,” terang Ricky kepada Kontan.co.id, Kamis (8/4).
Arsjad menambahkan, Indy juga kini masuk pada bisnis tambang batubara serta lini bisnis Fuel Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM). Kendati telah menyiapkan anggaran mencapai US$ 500 juta, Arsjad memastikan pihaknya juga tetap membuka kesempatan untuk kerjasama dengan mitra lainnya dalam upaya mengejar target diversifikasi bisnis yang ada.
Merambah ekosistem kendaraan listrik
Selain sejumlah lini bisnis di atas, Arsjad mengungkapkan pihaknya juga melirik ekosistem kendaraan listrik dimana Indonesia dinilai punya potensi untuk memimpin industri kedepannya.
Arsjad mencontohkan, salah satunya lewat komponen baterai listrik. Dengan kebutuhan pemenuhan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk kendaraan listrik maka kehadiran baterai EV dinilai bakal punya peranan penting.
"Kalau bicara TKDN, bicara komponen akan banyak dari Indonesia. bicara biaya maka saah satu biaya utama adalah baterai. Jadi kalau baterai (dikembangkan) di Indonesia, kita akan lebih kompetitif di situ," jelas Arsjad.
Lewat kehadiran PT Electra Mobiitas Indonesia, INDY juga menargetkan masuk ke bisnis kendaraan listrik roda dua. Nantinya, PT EMI bakal fokus pada perdagangan besar suku cadang sepeda motor dan aksesorisnya, melakukan perdagangan besar berbagai suku cadang, komponen, dan aksesoris mobil serta melakukan jasa konsultasi manajemen.
Selanjutnya: Kideco, anak usaha Indika Energy (INDY) bangun PLTS di Paser Kaltim
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News