Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) 2020 sebesar Rp 11,5 triliun. Anggaran ini jauh lebih kecil bila dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 22 triliun.
Sekretaris Perusahaan PT Wijaya Karya Tbk Mahendra Vijaya menjelaskan anggaran tahun ini menyesuaikan dengan kebutuhan investasi perusahaan. Dana ini akan digunakan WIKA untuk penyertaan modal di entitas anak dan pengembangan usaha di bidang properti, energi dan infrastruktur.
Baca Juga: Wijaya Karya (WIKA) garap proyek infrastruktur jutaan dolar AS di Tanzania
"Terkait capex, terkait dengan sasaran investasi kita untuk tahun ini, sehingga kebutuhannya memang segitu," jelas Mahendra, Kamis (9/1).
Anggaran capex nantinya berasal dari kas internal, pinjaman bank dan initial public offering (IPO) anak usaha. Perusahaan juga berencana untuk menerbitkan perpetual notes tahun ini. "Kita memang ada rencana penerbitan perpetual notes, tetapi waktu dan jumlahnya masih kita kaji dulu," jelas dia.
Selain itu, WIKA juga menargetkan anak usahanya yaitu Wika Realty dan Wika Industri & Konstruksi untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun ini. "Untuk besaran nilainya masih dalam kajian, kita menargetkan bisa di atas Rp 3 triliun," jelas dia.
Sejatinya, rencana dua anak usahanya untuk melantai sudah santer terdengar sejak tahun lalu. Namun rencana tersebut terus tertunda.
Berdasarkan catatan Kontan.co.id, rencana IPO Wika Realty awalnya akan dilakukan pada semester I-2019 dengan target dana yang dihimpun Rp 1,5 triliun hingga Rp 2 triliun. Sedangkan Wika Industri & Konstruksi akan IPO pada semester II-2019 dengan target dana yang dihimpun Rp 1,5 triliun hingga Rp 2 triliun.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji dalam rilisnya yang dikirim kepada Kontan.co.id, menilai WIKA masih cukup prospektif di tahun ini. Bahkan perusahaan konstruksi pelat merah ini menjadi pilihan Binaartha Sekuritas di antara anggota indeks LQ45. Terutama karena upaya penggunaan teknologi Building Information Modelling (BIM) diyakini mampu memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kinerja emiten ke depan.
Pengerjaan proyek dengan teknologi BIM menjembatani konsep perencanaan, perhitungan analisis desain, hingga permodelan dalam bentuk tiga dimensi.
Keunggulannya, BIM mampu menciptakan efisiensi biaya berupa penggunaan material dan memperkecil risiko terjadinya pengerjaan ulang.
Baca Juga: Wijaya Karya (WIKA) Merangsek Pasar Asia dan Afrika
Binaartha Sekuritas mencatat terdapat 80 proyek yang dikerjakan WIKA dengan teknologi ini, termasuk proyek Tol Balikpapan-Samarinda hingga proyek Harbor Road. "Bahkan di luar negeri yakni renovasi Istana Kepresidenan Nigeria juga menggunakan teknologi BIM yang ditargetkan dapat rampung pada awal 2021 dengan estimasi nilai proyek sekitar Rp 600 miliar," tulis Nafan dalam risetnya.
Dia memproyeksikan pendapatan WIKA pada tahun 2019 sebesar Rp 36,68 triliun dan tahun ini mencapai Rp 44,07 triliun. Sementara laba bersih tahun 2019 diperkirakan mencapai Rp 2,02 triliun dan meningkat di tahun ini menjadi Rp 2,34 triliun.
Berdasarkan analisa teknikal, Nafan merekomendasikan beli saham WIKA dengan target harga jangka pendek, menengah maupun panjang di level Rp 2.380 dan Rp 3.290. Adapun saat ini harga saham WIKA bergerak di level Rp 2.130.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News