kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tahun 2019, saham perbankan diprediksi akan terus membaik


Rabu, 02 Januari 2019 / 20:05 WIB
Tahun 2019, saham perbankan diprediksi akan terus membaik
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Yoliawan H | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tahun babi tanah ini, saham perbankan diprediksi masih akan berpotensi khususnya dari saham perbankan berkapitalisasi besar (big caps). Kuatnya perbankan tercermin dari berhasilnya mereka melewati era suku bunga yang cukup agresif.

Asal tahu saja, Bank Indonesia (BI) tercatat sudah menaikkan suku bunga acuan atau BI-7DRRR sebesar 175 basis poin (bps) ke level 6%.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, secara umum perbankan masih menunjukan pertumbuhan yang cukup baik dari sisi penyaluran kredit khususnya di era suku bunga yang menanjak.

Sekadar informasi, sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pada akhir 2018 lalu total kredit sudah tumbuh 12,4% secara tahunan. Capaian tersebut juga jauh di atas realisasi tahun 2017 lalu yang hanya naik 8%.

“Kebijakan suku bunga BI pun arahnya untuk menjaga nilai tukar rupiah. Dan, ini tentu ada dampak positif terhadap perbankan,” ujar Hans kepada Kontan.co.id, Rabu (2/1).

Di tahun 2019 ini pihaknya memproyeksikan saham perbankan masih akan terus melaju, itu dikarenakan kemungkinan besar BI tidak akan mengambil kebijakan suku bunga se-agresif tahun 2018.

“Saya merekomendasikan BMRI, BBNI dan BBRI. Untuk BBCA secara valuasi sudah cukup mahal untuk masuk,” ujar Hans.

Managing Director Head of Equity Capital Market Samuel International, Harry Su mengatakan BBCA akan menarik untuk di koleksi di tahun 2019. Saham ini cenderung akan lebih defensif menahan terpaan sentimen negatif.

Untuk BBCA menurut Harry, termasuk emiten perbankan yang paling konservatif dan masih akan mendapatkan keuntungan di kondisi suku bunga yang menanjak. Asal tahu saja porsi dana murah BBCA terhadap dana pihak ketiga masih mencapai 77%.

Dengan kata lain, pengelolaan dana BBCA masih akan lebih murah di kondisi bunga deposito atau dana mahal yang naik.

Rahmi Marina, analis Perbankan Maybank Kim Eng Sekuritas mengatakan, Ada potensi penurunan NIM karena penyesuaian di suku bunga pinjaman terlihat lebih lambat dibandingkan suku bunga deposito.

Benar saja, berdasarkan data uang beredar di BI, justru rata-rata tertimbang suku bunga kredit perbankan per Oktober 2018 mengalami penurunan 12 bps ke level 10,89%.

Di sisi lain BI mencatat suku bunga simpanan untuk tenor 12 bulan justru mengalami kenaikan 6 bps ke level 6,31%. Kondisi ini yang membuat margin bunga bersih bank berpotensi menurun.

Kendati demikian pihaknya masih merekomendasikan beberapa saham perbankan seperti BBNI dan BBRI. BBNI masih baik dikarenakan dengan kualitas kredit yang masih stabil di tren suku bunga yang menanjak. Adapun target harga BBNI sebesar Rp 10.400 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×