Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - Pamor obligasi pemerintah yang menguat dapat menjadi dorongan investor untuk melirik reksadana pendapatan tetap. Pasalnya, risiko dan imbal hasil yang ditawarkan cukup menarik, seperti yang ditorehkan Syailendra Fixed Income Fund.
Produk reksadana besutan PT Syailendra Capital ini telah menorehkan return secara year to date sebesar 10,74%. Direktur Marketing Syailendra Capital Harnugama menjelaskan, produk yang telah meluncur sejak akhir 2011 ini cocok untuk tipe investor ritel maupun institusional yang ingin menabung di aset dengan volatilitas lebih rendah dibandingkan reksadana saham.
Tantangan dari reksadana tipe ini memang bakal melihat pegerakan Surat Berhaga Nasional (SBN). Sebab, lebih dari 90% porsi portofolio ditanamkan pada pada SBN, dan sisanya pada deposito sebesar 2,9% dan obligasi korporasi di 5,8%. Beberapa surat utang yang dipegang adalah FR0053, FR0072, FR0073, FR0074 dan SR008.
Menurut Harnugama, mayoritas porsi SBN konvensional berdenominasi rupiah memang dipegang investor asing. Sehingga ada risiko volatilitas yang tinggi akibat ketidakpastian isu geopolitik.
Namun demikian, katanya, tidak perlu khawatir karena menimbang keadaan ekonomi Indonesia yang terus baik secara fundamental. Menurutnya, kans reksadana beraset surat utang bakal tetap baik. Apalagi, peringkat Indonesia sebagai negara Investment Grade menjadikan obligasi lebih menarik dan aman untuk berinvestasi.
"Obligasi Indonesia masih terbilang cukup baik dibandingkan negara-negara lain sehingga dalam jangka menengah-panjang imbal hasilnya akan terus bagus," jelas Harnugama. Ia memproyeksikan imbal hasil reksadana Syailendra Fixed Income Fund hingga akhir tahun dapat mencapai kisaran 12%.
Investor yang ingin mengoleksi reksadana ini bisa merogoh kocek minimal di Rp 100.000. Manajer akan mengutip biaya kustodian 0,15% dan biaya manajemen maksimal 1%. Adapun, subscription fee maksimal 2% dan redemption fee paling besar 2%.
Head of Investment infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai, seri SBN jangka panjang yang dipegang produk ini menjanjikan potensi naik yang bagus. Pasalnya, pasar obligasi pemerintah memang sedang bagus, karena didorong pemangkasan suku bunga Bank Indonesia.
"Tren suku bunga turun maka lebih bagus menyimpan di obligasi yang tenor panjang," papar Wawan. Apalagi bila inflasi terus terjaga dan BI pangkas suku bunga sekali lagi bakal memberikan potensi lebih besar pada reksadana tipe ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News