Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mencatatkan penjualan pemasaran alias marketing sales senilai Rp 1,55 triliun atau setara 132,4 hektar di semester I 2024.
Marketing sales ini berasal dari PT Suryacipta Swadaya (SCS) yang merupakan bisnis utama perseroan.
Melansir keterbukaan informasi di laman BEI, raihan tersebut naik 12,93% secara tahunan alias year on year (yoy) dari 1 hektar senilai Rp 18,1 miliar pada periode sama tahun lalu.
VP Head of Investor Relations SSIA, Erlin Budiman, mengatakan, sebagian besar penjualan pemasaran berasal dari penjualan lahan ke BYD dengan total 108 hektar.
Baca Juga: Emiten Kawasan Industri Hadapi Tantangan Berat, Cek Rekomendasi Saham KIJA dan SSIA
“Pendirian pabrik EV oleh BYD di Subang Smartpolitan menandai langkah penting dalam mendorong mobilitas berkelanjutan di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara,” katanya dalam keterbukaan informasi, dilansir Senin (5/8).
Pada 21 Juni 2024, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) SSIA telah menyetujui rencana untuk menjual sebagian saham perusahaan di PT Suryacipta Swadaya kepada investor dan penerbitan saham baru oleh PT Suryacipta Swadaya.
“Pada RUPSLB, SSIA juga menandatangani Akta Jual Beli Saham dan Akta Keputusan Pemegang Saham PT SCS, untuk penerbitan Saham Baru dengan nilai total Rp 3,1 triliun kepada PT Puri Bumi Lestari (PBL),” paparnya.
Sebelumnya, SSIA juga menaikkan target marketing sales tahun 2024 untuk Suryacipta City of Industry Karawang dan Subang Smartpolitan dari 65 hektar menjadi 184 hektar. Target baru itu setara dengan Rp 2,2 triliun dalam nilai penjualan.
Baca Juga: Tantangan Berat Menghadang, Cermati Rekomendasi Saham Emiten Kawasan Industri
“Dengan asumsi penjualan pemasaran tersebut tercapai dan dibukukan tahun ini, pendapatan konsolidasi 2024 SSIA diperkirakan meningkat sekitar 23% menjadi Rp 5,6 triliun, dengan laba bersih naik sekitar 182% menjadi Rp 500 miliar,” ungkapnya.
Dengan Subang Smartpolitan, pertumbuhan jangka pendek dan menengah SSIA terus bergantung pada pemain global di bidang manufaktur, teknologi, dan lembaga research and development (R&D).