Reporter: Dina Farisah, Wahyu Satriani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Surat utang korporasi yang jatuh tempo hingga akhir semester pertama ini mencapai Rp 12,93 triliun dan US$ 10 juta. Surat utang jatuh tempo tersebut terdiri dari obligasi, sukuk, dan medium term notes (MTN).
Berdasarkan catatan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), sebagian surat utang jatuh tempo merupakan surat utang terbitan perusahaan finansial seperti multifinance dan perbankan. Sebagian kecil merupakan utang perusahaan non finansial.
Beberapa perusahaan non finansial yang menghadapi surat utang jatuh tempo, misalnya PT Lautan Luas Tbk (LTLS) dengan obligasi jatuh tempo Rp 500 miliar pada akhir bulan ini, PT Indosat Tbk (ISAT) dengan obligasi dan sukuk jatuh tempo Rp 1,33 triliun, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dengan obligasi dan sukuk jatuh tempo Rp 300 miliar, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dengan total obligasi dan sukuk jatuh tempo Rp 300 miliar pada akhir Juni.
Selain itu masih ada MTN PT Perusahaan Listrik Negara senilai Rp 500 miliar yang jatuh tempo pertengahan Juni, MTN Perum Perumnas Rp 70 miliar, MTN PT Perkebunan Nusantara XIII senilai Rp 80 miliar, dan MTN PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) US$ 10 juta.
MTN yang jatuh tempo tahun ini lebih besar dibanding tahun lalu. Head of Debt Capital Markets BCA Securities Herdi Ranuwibowo menilai, alasan perusahaan mengambil instrumen MTN karena proses penerbitan yang lebih cepat ketimbang obligasi.
Karena itulah, kupon MTN pun lebih tinggi ketimbang obligasi. Menurut Herdi, meski cost of fund terbilang lebih mahal dibanding obligasi, korporasi memiliki target investor untuk produk MTN. "Perusahaan multifinance memiliki cash flow yang cepat. Maka membutuhkan proses yang cepat pula. MTN cocok memenuhi kebutuhan tersebut," ujar Herdi.
Banyak pasokan
Jumlah surat utang korporasi jatuh tempo diimbangi dengan pasokan yang cukup banyak. Direktur Penilaian Bursa Efek Indonesia (BEI) Hoesen mengatakan, pada 18 Maret mendatang setidaknya ada dua perusahaan yang akan mencatatkan obligasi senilai total Rp 2,25 triliun.
Hoesen merinci, ada obligasi MEDC senilai Rp 1,5 triliun dan obligasi serta sukuk PT Adhi Karya Tbk (ADHI) senilai masing-masing Rp 625 miliar Rp 125 miliar. "Saat ini sedang proses dan sebentar lagi akan listing," kata Hoesen.
Otoritas pasar modal juga tengah memproses penerbitan obligasi korporasi empat emisi. Menurut Hoesen, obligasi korporasi tersebut diantaranya obligasi PT PP Tbk senilai Rp 700 miliar.
Selain itu, ada juga obligasi PT Tiga Pilar Sejahtera yang akan diterbitkan senilai Rp 600 miliar. Tiga Pilar juga akan menerbitkan sukuk senilai Rp 300 miliar dalam waktu yang bersamaan.
Obligasi lain yang akan terbit yakni obligasi PT Sinarmas Multifinance sebesar Rp 1 triliun. "Toyota Astra Financial Service juga akan menerbitkan obligasi senilai Rp 1,2 triliun," kata Hoesen.
Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Fakhrul Aufa menduga, penerbitan obligasi korporasi tahun ini bisa mencapai Rp 60 triliun. Diperkirakan, return obligasi korporasi sepanjang tahun ini bisa sekitar 8% hingga 9%. Sejak awal tahun hingga kini, BEI mencatat penerbitan obligasi dan sukuk senilai Rp 8,85 triliun dari tujuh perusahaan. KSEI juga mencatat MTN senilai Rp 500 miliar yang terbit sejak awal tahun 2013.
Analis MNC Asset Management, Akbar Syarief menuturkan, prospek penerbitan MTN masih akan menarik. Hanya saja, instrumen ini minim likuiditas karena MTN jarang diperdagangkan. MTN umumnya diperdagangkan pada single investor. Hal ini berbeda dengan obligasi yang ditawarkan untuk banyak investor pendapatan tetap.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News