Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga pertengahan November 2017, penerbitan surat berharga negara (SBN) sudah mencapai sekitar Rp 453,40 triliun. Jumlah tersebut sudah melewati target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2017.
Fund Manager Capital Asset Management Desmon Silitonga mencatat, per 8 November, realisasi penerimaan pemerintah melalui surat utang mencapai Rp 434 triliun. Jumlah ini melebihi target pembiayaan APBNP 2017 yang bersumber dari SBN sebesar Rp 432,9 triliun.
Dengan demikian, realisasi penerimaan negara sudah mencapai 100,3% dari target. "Belum lagi tambahan lelang yang kemarin," kata Desmon, Jumat (17/11). Pada lelang surat utang negara (SUN) Selasa (14/11), pemerintah memenangkan lelang Rp 19,40 triliun. Jika ditambahkan, total nilai surat utang yang terbit Rp 453,40 triliun.
I Made Adi Saputra Analis Fixed Income MNC Sekuritas menilai, dengan tercapainya target penerimaan pembiayaan APBNP 2017 dari SBN ini, rencana pemerintah mengadakan lelang kembali hingga akhir tahun akan tergantung dari penerimaan pajak. "Kalau penerimaan pajak belum terpenuhi, opsi lelang akan dipakai untuk memenuhi APBNP 2017," kata Made.
Asal tahu saja, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementrian Keuangan mencatat, realisasi penerimaan pajak pada Oktober 2017 sudah sebesar Rp 112,8 triliun. Sementara, bila dijumlahkan dengan realisasi Januari hingga September 2017 yang sebesar Rp 770 triliun, maka penerimaan pajak hingga Oktober sudah sekitar Rp 882,8 triliun, atau 68,7% dari target dalam APBNP 2017 sebesar Rp 1.283,57 triliun.
Yield tinggi
Menurut rencana, pemerintah, tahun ini setidaknya masih tersisa tiga kali lelang lagi, yakni 21 November, 5 Desember dan 12 Desember. Menurut Made, lelang akhir tahun ini akan dinamis sesuai kebutuhan pemerintah.
Meski target penerimaan lelang SBN sudah terpenuhi, menurut dia, pemerintah juga harus menyiapkan dana untuk menutupi utang yang akan jatuh tempo. "Kalau kebutuhan dana untuk pembayaran utang jatuh tempo sudah ada, pemerintah kemungkinan tidak melaksanakan lelang hingga akhir tahun," kata Made.
Pada 23 November 2017, ada surat utang yang jatuh tempo Rp 5 triliun. Selanjutnya, pada Desember 2017 surat utang yang akan jatuh tempo sekitar Rp 15,3 triliun.
Pada 2016 lalu, penawaran surat utang pemerintah berakhir di 6 Desember 2016 dengan penerbitan global bond. "Jangan sampai pemerintah menerbitkan global bond saat yield US Treasury naik," kata Made.
Bagi investor, jika lelang terakhir digelar pada November tahun ini, waktu yang dimiliki investor, khususnya industri keuangan non bank (INKB), akan semakin mepet dalam memenuhi kewajiban berinvestasi pada SBN lewat pasar primer.
Desmon memprediksi, hingga akhir September 2017, yield SUN tenor 10 tahun berada di 6,2%. Sedangkan saat ini, yield surat utang tersebutsekitar 6,6%. "Artinya, kalau target sudah tercapai tapi pasar masih meminta yield yang cukup tinggi, pasti pemerintah akan menunda menggelar lelang," kata Desmon.
Melihat kebutuhan pembiayaan utang dalam RAPBN 2018 yang cukup besar, yaitu sebesar Rp 414,5 triliun, menurutnya, pemerintah akan menawarkan surat utang hingga Desember; dengan catatan, cost of fund atau beban bunga masih wajar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News