Reporter: Muhammad Khairul | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Minat investor obligasi korporasi meningkat. Hal tersebut terlihat dari hasil penawaran sukuk subordinasi milik PT Bank Muamalat Indonesia yang kelebihan permintaan (oversubscribed).
Sukuk subordinasi mudharabah tahap pertama ini awalnya menargetkan bisa meraup dana Rp 500 miliar. Namun ternyata setelah masa penawaran berakhir pada 12 Juni, permintaan yang masuk mencapai Rp 1,7 triliun. Karena itu, bank syariah tersebut kemudian menaikkan target penyerapan (upsize) menjadi Rp 800 miliar.
Sukuk yang mendapat rating idA(sy) dari Pefindo ini memberi nisbah 10,12% untuk sukuk dengan tenor 10 tahun. Nilai tersebut adalah mendekati angka terbesar dari indikasi tawaran mereka yang sebesar 9,5%-10,5%. Sukuk tersebut memiliki ketentuan opsi beli kembali di tahun ke-5.
Dana penerbitan sukuk tersebut akan digunakan memperkuat struktur permodalan dalam mengakselerasi ekspansi bisnis perusahaan. Selain itu, Muamalat juga akan menambah rasio kecukupan modal hingga 14%.
Penjamin obligasi ini adalah PT Bahana Securities, PT Danareksa Sekuritas, dan PT Indo Premier Securities. Sementara yang bertindak sebagai wali amanat adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Pencatatan sukuk ini dilakukan pada 2 Juli 2012.
Andi Sidharta, Direktur Investment Banking PT Bahana Securities, mengatakan kebanyakan investor berasal dari asuransi, perbankan, dana pensiun, dan juga ritel. “Asuransi paling banyak. Lebih dari 40%,” papar dia.
Ariawan, analisis obligasi Mega Capital Indonesia, menilai nisbah yang diberikan di level tinggi untuk menarik minat investor. “Sekarang sedang banyak penerbitan obligasi korporasi. Jadi itu untuk sweetener bagi investor. Dan terbukti dengan total yang masuk hingga oversubscribe, karena menarik,” terang dia.
Banjirnya investor yang menyerbu sukuk muamalat karena melihat rating cukup bagus. “Rating yang bagus dan kupon yang menarik jadi mendorong investor masuk ke sukuk perseroan,” kata Ariawan.
Selain itu dengan kondisi global mulai stabil ada harapan bahwa investor menjadi lebih yakin masuk ke pasar obligasi Indonesia. “Dibanding SUN, obligasi korporasi lebih bagus. Dibanding negara lain imbal hasil kita lebih baik,” ucap Ariawan. Ia memperhitungkan rata-rata kupon obligasi yang diberikan sekitar 300 bps – 350 bps di atas imbal hasil SUN, tergantung rating dan tenor.
Ariawan mengatakan banyaknya penerbitan korporasi membuat mereka berlomba-lomba memberikan kupon yang menarik bagi investor. Tapi menurut dia itu masih lebih rendah dibanding pinjaman ke perbankan. “Kupon relatif tinggi, tapi cost of fund tidak besar, karena dibandingkan dengan pinjaman di perbankan lebih mahal," ulas dia. Bunga kredit perbankan bisa mencapai 9% - 13% padahal kupon obligasi korporasi sekitar 8% - 10% dalam jangka waktu yang sama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News