Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral dapat menjadi salah satu sentimen pendorong kinerja emiten konstruksi swasta. Meskipun begitu, bukan berarti emiten konstruksi swasta terbebas dari banyak tantangan.
Sekretaris Perusahaan PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) Anggie S. Sidharta mengatakan, penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan The Fed bisa memberikan dampak positif ke perekonomian Indonesia. Namun, langkah industri konstruksi ke depan masih menantang.
“Untuk itu, Total Bangun Persada tetap berhati-hati dalam menjalankan bisnis agar tetap dapat berkelanjutan,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (23/9).
TOTL mencatatkan raihan kontrak baru sebesar Rp 4,1 triliun hingga bulan Agustus 2024. Raihan tersebut sudah mencapai 91% dari target tahun 2024 yang sebesar Rp 4,5 triliun.
“Kontrak baru yang didapat merupakan pembangunan atas gedung hotel, industrial, edukasi, dan lain-lain,” ungkapnya.
Baca Juga: Kontrak Baru Total Bangun Persada (TOTL) Hingga Agustus Mencapai 91% Target 2024
Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora mengatakan, penurunan suku bunga dampaknya akan baik kepada emiten konstruksi. Sebab, dampaknya akan meringankan beban bunga para emiten, sehingga bisa meningkatkan kinerja mereka.
Di sisi lain, apabila emiten ingin membangun proyek yang dibayar di akhir setelah pengerjaan proyek (turnkey), maka emiten akan mendapatkan bunga yang rendah.
“Sehingga, margin laba perseroan akan meningkat (setelah penurunan suku bunga),” ujarnya kepada Kontan, Senin (23/9).
Andhika melihat, kinerja keuangan emiten konstruksi swasta saat ini masih beragam. Emiten dengan mencatatkan kinerja terbaik dan pergerakan harga sahamnya bagus adalah TOTL.
Pada semester I, laba bersih TOTL tercatat sebesar Rp 112,65 miliar, naik 66,6% secara tahunan alias year on year (YoY).
Baca Juga: Tersengat Sentimen Pemangkasan Suku Bunga, Cek Rekomendasi Saham Perbankan
Kenaikan pendapatan dan laba bersih TOTL di paruh pertama 2024 ini dipengaruhi oleh kenaikan kontrak baru yang didapat di tahun 2023.
“Kinerja keuangan akan berpeluang bertumbuh setelah BI menurunkan suku bunga di sisa semester II ini,” tuturnya.
Andhika merekomendasikan beli untuk TOTL dengan target harga Rp 300 per saham.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo melihat, penurunan suku bunga bisa ikut menurunkan cost of fund para emiten.
”Sebab, emiten konstruksi cenderung memiliki utang besar hal ini bisa menurunkan beban bunga sehingga bisa potensi perbaikan dari sisi bottom line,” kata dia kepada Kontan.co.id, Senin (23/9).
Baca Juga: Ada Rotasi Sektor, Saham Keuangan dan Properti Jadi Unggulan
Di semester II 2024, kinerja emiten konstruksi berpotensi membaik seiring tambahan kontrak baru. “Untuk saat ini rekomendasinya masih wait and see terlebih dahulu untuk emiten konstruksi,” imbuh Azis.
Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto mengamati, pergerakan saham TOTL tengah bergerak turun dengan level support Rp 585 per saham dan resistance Rp 680 per saham.
William pun merekomendasikan wait and see karena sudah jenuh beli. Target harga untuk TOTL berada di Rp 700 per saham-Rp 750 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News